Dear netters,
Posting ini saya tulis dan kirim dari Makassar. Hari ini untuk pertama kalinya dalam hidup saya untuk menginjakkan kaki di Makassar. Ceritanya saya diundang untuk menjadi pembicara di sebuah seminar nasional di Fakultas Farmasi Univ Hasanuddin. Wah, naik level nih hehe…. sebelumnya cuma level Jawa Tengah dan DIY, sekarang naik jadi level nasional. Barusan dijamu makan malam menikmati seafood yang lezaaat… dan sekarang sebagai pengantar tidur saya tuliskan postingan ini.
Posting ini menanggapi pertanyaan dari seorang netter, Dedek namanya, yang bertanya seperti di bawah ini. Dan saya sengaja mengangkatnya menjadi satu topik tulisan, semoga bisa bermanfaat buat yang lain.
Tanya :(dikutip sesuai aslinya)
Klu dokter menganjur kan kita minum 1 pil tidur tp kita minum 2-3 apa kira2 efek nya?
Klu sekali2 blh gak ya minum di luar dosis,apa pengaruh nya waktu jangka pendek dan jangka panjang.
Terima kasih byk atas jawaban nya.
Jawab:
Setiap obat memiliki aturan dosis sendiri, yang mana dosis tersebut merupakan dosis terapi atau dosis yang bisa memberikan efek penyembuhan. Dosis sendiri sebenarnya bersifat individual, karena satu orang dengan yang lain mungkin akan memerlukan dosis berbeda karena kondisinya. Katakanlah orang yang mengalami gangguan ginjal atau orang yang sudah lansia sehingga fungsi ginjalnya mulai berkurang, dosis yang dibutuhkan lebih kecil daripada orang dewasa normal. Sedangkan jika penyakit seseorang cukup berat, mungkin ia memerlukan dosis lebih tinggi dari orang lainnya.
Selain dosis terapi, dikenal juga dosis toksik dan dosis letal. Dosis toksik artinya dosis yang bisa memberikan efek toksik/racun, sedangkan dosis letal adalah dosis yang bisa menyebabkan kematian. Jarak antara dosis terapi dengan dosis toksik pada setiap obat berbeda-beda, ada yang rentangnya sempit, ada yang rentangnya lebar. Rentang tadi sering diistilahkan sebagai indeks terapi. Semakin lebar indeks terapi berarti jarak antara dosis terapi dengan dosis toksik semakin lebar. Implikasinya, obat lebih aman, karena peningkatan dosis tidak segera menyebabkan gejala keracunan. Obat-obat penenang/obat tidur termasuk obat yang indeks terapinya lebar. Artinya, jika (mas/mbak) Dedek minum 2-3 butir pil tidur (yang mestinya cukup 1 butir), mungkin belum akan mengakibatkan efek toksik yang berarti. Kecuali jika menggunakan puluhan butir sekaligus, yang mungkin akan mencapai dosis toksiknya sehingga bisa keracunan, dan mungkin bahkan bisa menyebabkan kematian.
Di sisi lain, ada obat yang indeks terapinya sempit. Contohnya adalah obat jantung digoksin dan obat epilepsi fenitoin. Obat ini jika digunakan melebihi dosis yang seharusnya akan lebih cepat mencapai dosis toksiknya, sehingga bisa menyebabkan keracunan atau bahkan kematian. Contoh lain yang gampang adalah obat anti diabetes untuk menurunkan kadar gula darah. Jika mestinya cukup minum satu, maka jika pasien minum 2 atau 3 mungkin kadar gula darahnya bisa menjadi anjlok di bawah kadar normalnya, dan pasien bisa pingsan karena syok hipoglikemi. Karena itu harus berhati-hati menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, jangan asal menaikkan dosisnya sendiri.
Nah, kembali ke pil tidur atau obat penenang, bagaimana jika kita menggunakan dalam jangka panjang dengan dosis yang berlebih? Obat penenang seperti Valium (diazepam), lorazepam, alprazolam, dan keluarganya dapat menyebabkan efek toleransi. Artinya, tubuh akan membutuhkan dosis yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Itu nanti akan menjadi pintu masuk menuju “ketergantungan obat”. Demikian pula obat tidur seperti luminal (fenobarbital), ia juga bisa menyebabkan toleransi. Karena itu, sebaiknya obat digunakan sesuai dengan aturannya. Jika Anda merasa bahwa obat anda belum berefek dan membutuhkan peningkatan dosis, konsultasikan dulu dengan dokter. Jangan-jangan anda memerlukan obat lain yang lebih poten…
Demikian semoga bermanfaat…
Oaahhhem…. aku bisa bobo sekarang….!
komentar