Hati seperti spektrofotometri

23 08 2009

Dear kawan,

ramadan kareemSudah hari ke 3 puasa Ramadhan… mudah-mudahan belum terlambat jika aku ucapkan “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa bulan Ramadhan” kepada semua pembaca blog ini…. Semoga amal ibadah kita diterima dan Allah mengampuni segala dosa-dosa kita. Amien. Mohon maaf lahir batin ya….

Sudah banyak tulisan-tulisan menyambut Ramadhan di berbagai media…. tulisan kali ini sekedar nasihat kepada diriku sendiri sebagai pengingat…., semoga bisa menyambut bulan suci ini dengan sebaik-baiknya…

Kawan,

Menjelang Ramadhan ini rasanya banyak kualami ujian hati. Tapi begitulah manusia… selalu ada ujian dan cobaan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal “daging”. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh itu, tetapi hila ia rusak, maka akan rusak pula tubuh itu seluruhnya, segumpal “daging” itu adalah hati (kalbu),” (H.R, Bukhari Muslim]

Di bulan Ramadhan ini, semestinyalah kita siapkan hati untuk menerima banyak-banyak cahaya dan petunjuk Allah menuju kebaikan dan kebenaran, karena di bulan Ramadhan ini pasti banyak tausiah-tausiah berguna yang bisa kita peroleh dari bebagai sumber. Jika hati kita keruh, tentu akan sulit ditembus cahaya. Untuk ini, aku terpikir akan analogi spektrofotometri UV-vis. Kawan-kawan yang berlatar belakang farmasi atau kimia analisis tentu tidak asing dengan alat ukur yang satu ini, untuk menganalisis kadar suatu zat dalam sebuah larutan.

Pada prinsipnya, suatu sampel larutan yang mengandung zat tertentu dengan kadar tertentu, dapat diukur kadarnya dengan melewatkannya pada sinar UV atau sinar tampak pada panjang gelombang tertentu. Jika larutan pekat, maka sinar akan terabsorpsi oleh zat dalam larutan. Detektor hanya akan menangkap sedikit cahaya. Jika larutan jernih, maka cahaya tidak akan terhalangi, dan detektor akan menangkap lebih banyak cahaya. Banyaknya cahaya yang diserap (absorbansi) atau banyaknya cahaya yang diteruskan ke detektor (tansmittan) akan menentukan kadar zat yang terlarut.

Maka kawan,

Aku mengajak diriku sendiri untuk membersihkan hati… sehingga Cahaya Ilahi akan lebih banyak yang diterima oleh detektor kalbu… yang akan menuntun kita ke jalan yang lurus dan menjadi hambaNya yang lebih sujud. Sungguh tidak mudah…. karena hatiku sungguh masih sangat lemah. Beri hamba kekuatan ya, Allah, …Amien.

Selamat menunaikan ibadah Shaum Ramadhan…





Kerokan dalam World Conference, etc…….

16 08 2009

Dear kawan,

kerokan_2Lama tidak menyapa nih….. Yah, beberapa hari terakhir ini malah keasyikan Face Book-an hehe…..

Aku agak kesulitan memberi judul tulisanku kali ini, karena tulisan ini adalah akumulasi dari beberapa hal yang aku lewati seminggu kemarin….. semuanya pingin aku tuliskan….  jadilah aku pilih satu hal yang paling “eye catching” hehe…

World Conference

Minggu lalu acaraku lumayan padat…. terutama hari Rabu-Kamis lalu. Ceritanya UGM akan menyelenggarakan World Confererence on Science, Education, and Culture tahun 2010 nanti, dengan thema : Local Wisdom Inspiring Global Solution. Keren kan? Tapi mulai sekarang persiapannya sudah heboh nih… dan tg 12 Agustus kemaren ada acara Launching Ceremony untuk konferensi tersebut secara lumayan megah di Ghra Sabha Pramana. Dalam Launching itu diselenggarakan pula “satelite meeting” untuk masing-masing bidang (Science Tech, Culture, Education, Health, dll) untuk menggali berbagai local wisdom di bidang masing-masing yang nantinya akan diangkat menjadi bahan conference. Nah, ceritanya… aku menjadi salah satu moderator dalam meeting tersebut. Yah.. alhamdulillah, acara berjalan lancar…. kami berhasil mengidentifikasi berbagai topik untuk diangkat dalam World Conference 2010 nantinya. Di bidang health, topik pokok yang diangkat adalah penggunaan Herbal medicine sebagai salah satu kearifan lokal kita untuk bisa dibawa ke tingkat global. Selain herbal, banyak local wisdom di bidang kesehatan yang bisa diangkat. Untuk bisa diterima di dunia global, yang penting adalah metode yang digunakan dapat diterima juga secara global. Katakanlah… kerokan saat masuk angin. Perlu dilakukan kajian dengan metode yang bisa diterima, apa sih yang terjadi pada kerokan sehingga menjadi salah satu budaya sebagian besar kita (hayo… ngaku!) ketika masuk angin?

Ternyata sudah ada penelitian tentang pengaruh kerokan. Katanya, kerokan dengan intensitas kuat dan frekuensi rendah akan mengenai titik-titik saraf yang berhubungan dengan otak sehingga organ ini mensekresikan hormon endomorfin (B-endorfin, dinorfin, dan enkepalin). B-endorfin menimbulkan rasa nyaman karena ia berfungsi mengendalikan rasa nyeri. Adanya zat-zat itu dalam darah menyebabkan penderita merasa lebih bugar. B-endorfin juga merangsang organ viscera, terutama paru-paru dan jantung, sehingga penderita bisa bernapas lebih lega, serta peredaran darahnya jadi lebih baik. Zat ini juga yang bisa menyebabkan orang jadi ”ketagihan” kerokan ……. Hmm, siapa yang suka kerokan?

Nego costing I-MHERE

Nah, kawan… Selesai jadi moderator di Launching World conference, tanpa sempat pulang ke rumah, langsung cabut ke Bandara untuk mengejar pesawat ke Jakarta untuk penerbangan jam 14.30an. Aku berangkat sendiri karena teman-teman satu tim sudah berangkat dengan pesawat pagi. Sedangkan aku sendiri karena ada tugas yang barusan aku ceritakan ini, terpaksa menyusul sendiri dengan penerbangan siang. Untung pesawatnya delayed hehe… jadi sempat sholat dengan sedikit santai di mushola Bandara. O,ya… di Jakarta ini aku termasuk salah satu anggota tim dari UGM, khususnya Fakultas Farmasi, untuk nego costing dengan reviewer dari DIKTI untuk proposal I-MHERE kami. Alhamdulillah, bahwa UGM tahun ini dapat skema pendanaan untuk pengembangan universitas sebesar sekitar 10 Miliar setahun untuk 3 Fakultas yang terpilih, yang disebut kegiatan I-MHERE (Indonesia Managing Higher Education Relevance and Efficience). Pesawat mendarat jam 15.45-an, dan aku sendirian kayak orang ilang memilih naik Bus DAMRI tujuan Blok M, karena hotel tempat meeting-nya ada di kawasan Blok M. Mau naik taksi agak serem soalnya sudah sore dan sendirian. Setelah menunggu sesaat, jadilah aku membelah kota Jakarta dengan bus selama sekitar 2,5 jam dari Bandara ke Blok M dan menikmati kemacetannya. Huah..! Tapi yah… enjoy aja lah. Sampai terminal Blok M, aku naik bajaj ke Hotel…. asyik juga tuh, menyusuri malam dengan bajaj…

Tapi semua kecapekan itu terobati dengan dinner yang memanjakan lidah di hotel… hehe… setelah itu kami meeting sampai hampir tengah malam menyusun kesepakatan perbaikan proposal sesuai dengan hasil negosiasi. Siip lah… alhamdulillah, urusan IMHERE tidak ada masalah. Aku harus segera berangkat tidur karena besoknya mau balik Jogja lagi dengan pesawat jam 6 pagi….. !! Lhah, gimana lagi…. teman-teman bisa ambil pesawat siang karena mereka free, sedangkan aku kebetulan sudah janjian untuk menguji skripsi mahasiswa jam 13 dan 15 hari Kamisnya. Mau ambil pesawat jam 11 sudah fully booked. Tapi gak papa…. cukup heroik, hehe..

Penelitian Farmakogenetik

Hari Kamis siangnya ada satu good news datang buatku……. Proposal Penelitianku yang terakhir aku apply-kan ke DIKTI diterima. Alhamdulillah..! Rasanya senang aja mengingat bikinnya mirip Bandung Bondowoso, hanya 2-3 hari sebelum deadline. Kali ini adalah proposal kolaborasi dengan mitra internasional dari Institute for Research in Molecular Medicine (INFORMM) USM Malaysia. Topiknya hal baru buatku, makanya aku cukup excited ketika diterima. Judulnya ” Pemetaan polimorfisme genetik sitokrom P450 subtipe CYP2D6, CYP2C9, dan CYP2C19 pada populasi etnis Jawa di Indonesia”. Keren kan? Hehe…. Aku lagi tertarik dengan kajian farmakogenetik/genomik dan ingin melebarkan wawasan keilmuan kesana. Mengapa? Ini alasan yang kutulis di bagian pendahuluan proposalku:

Variasi antar individu dalam hal respon terhadap obat dan terjadinya efek obat yang tidak diinginkan (adverse drug reactions, ADRs) merupakan masalah kesehatan yang besar. Adanya ADR ini merupakan penyebab terbesar ketidak-patuhan pasien terhadap pengobatan maupun kegagalan pengobatan, terutama pada penyakit-penyakit kronis. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini adalah faktor genetik. Karena itu, kemampuan untuk memahami kemungkinan penyebab variasi respon ini melalui studi farmakogenetik/genomik sangat perlu sebagai prediktor untuk meningkatkan respon terhadap obat, mencegah terjadinya ADR, yang pada gilirannya akan dapat mengurangi biaya kesehatan dan beban sosial akibat adanya ADR atau ketidakefektifan pengobatan. Di sisi lain, bagi industri farmasi, informasi ini sangat penting untuk mengetahui obat-obat mana yang paling sesuai dikembangkan untuk profil farmakogenetik orang Indonesia.

Fakta awal bahwa faktor genetik memainkan peran dalam variasi respon terhadap obat didasarkan pada adanya perbedaan fenotip enzim pemetabolisme obat pada individu yang mengalami adverse drug reaction. Berkurangnya aktivitas enzim pemetabolisme fase II di hati ternyata berkorelasi signifikan dengan terjadinya toksisitas saraf obat TBC isoniazid pada beberapa orang yang mengalaminya (Evans dan Relling, 1999). Fakta lebih baru menunjukkan bahwa berkurangnya aktivitas enzim pemetabolisme fase II tersebut disebabkan karena adanya polimorfisme pada enzim N-acetyl transferase 2 (NAT2). Contoh lain adalah penyakit Lupus yang disebabkan karena prokainamid, yang ternyata dijumpai pada individu yang mengalami mutasi pada enzim sitokrom 450 subtipe CYP2D6. Contoh ini membuka tantangan di bidang farmakologi yang disebut farmakogenetik, yang berfokus pada pencarian faktor genetik yang bertanggung-jawab terhadap variabilitas respon individu terhadap obat.

Polimorfisme pada gen yang mengkode protein yang terlibat dalam proses abosrpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat, maupun terhadap respon terhadap obat, sangat berpengaruh signifikan respon in vivo suatu individu terhadap obat. Namun demikian, hingga saat ini belum ada publikasi mengenai peta polimorfisme genetik pada orang asli Indonesia terkait dengan berbagai gen yang mungkin terlibat dalam respon obat. Untuk itu sangat perlu kiranya dilakukan pemetaan polimorfisme genetik pada penduduk asli Indonesia, apalagi Indonesia sangat kaya dengan suku bangsa, yang sangat memungkinkan terdapatnya variasi genetik yang luas.

Pada penelitian kali ini akan dilakukan pemetaan genetik khususnya pada suku Jawa sebagai suku dengan populasi terbesar di Indonesia. Pada kesempatan penelitian berikutnya dimungkinkan untuk memetakan pola polimorfisme genetik pada berbagai suku lainnya di Indonesia. Gen yang dipilih untuk diamati adalah gen yang mengkode enzim sitokrom P450 subtipe CYP2D6, CYP2C9, dan CYP2C19, karena mereka merupakan enzim yang paling banyak dilaporkan mengalami polimorfisme dan bertanggungjawab terhadap banyak kejadian adverse drug reaction dan kegagalan terapi beberapa obat yang lazim digunakan (Nelson, et al, 1996). Penelitian ini merupakan penelitian kerjasama yang dilakukan oleh tim Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada dengan Institute for Research in Molecular Medicine (INFORMM) Universiti Sains Malaysia. Ruang lingkup kerjasama penelitian ini mencakup pemetaan polimorfisme genetik untuk berbagai gen-gen yang terlibat dalam respon obat pada berbagai etnis/suku di Indonesia. Langkanya laporan profil genetik orang asli Indonesia di jurnal-jurnal ilmiah internasional menjadi daya ungkit penelitian ini karena akan menjadi hasil yang orisinal dan bernilai ilmiah tinggi, sehingga sangat potensial untuk dipublikasikan secara internasional. Selanjutnya, adanya informasi farmakogenetik berbagai obat pada populasi penduduk asli Indonesia akan sangat bermanfaat sebagai prediktor terhadap kemungkinan risiko ADR, kegagalan terapi, maupun untuk prioritisasi pengembangan obat.

Penutup

Nah udah dulu ya…. Aku mau siap-siap mandi karena nanti harus ikut Upacara 17 Agustusan di kantor.

Dirgahayu negriku! Hiduplah Indonesia Rayaaa…!!!





Dosen sibuk dengan Face Book?

9 08 2009

rbon396l

Dear kawan,

Sebuah tulisan ringan saja di akhir minggu tentang Face Book dan dosen.

Demam face book makin merajalela saja…. Beberapa hari lalu, anakku yang masih kelas dua SD, si Hanisa, minta main “pet so ce ti”… Duh, apaan tuh, aku nggak mudeng… Katanya yang kayak dimainkan kakak Afan. Usut punya usut, ternyata itu adalah game di Face Book yaitu “ Pet Society”…. Dia minta pula “dibuatkan” Face Book atas namanya. Jadilah, oleh kakaknya dia dibuatkan account ke Face Book. Dia diajarin juga untuk cari teman dan invite teman… termasuk invite ibu dan bapaknya hehe… Sepupu-sepupu, tante-tante dan oomnya di-invitenya semua.

Yah… sebenarnya sih gak papa, karena memang sekarang adalah eranya internet… kasihan kalo dia gaptek sendiri… Tapi masalahnya, anak-anak sekarang jadi keranjingan internet…. Wah, repot sekali…. aku harus sering “teriak-teriaki” mereka untuk mulai belajar atau nyiapin pelajaran untuk hari besoknya. Asal ada waktu luang dikit saja, larinya ke internet. Kemarin ada tambahan lagi permintaannya,… “ Bu, aku pengin punya laptop sendiri kaya kakak”…. Waduh ..! Untungnya yang ini bisa diatasi dengan mengkoneksikan desktop computer di rumah dengan internet.. Semula dia pikir yang bisa internetan cuma laptop.

Yah… jaman bergerak cepat sekali…. kemajuan terjadi di segala bidang, utamanya teknologi infomasi, yang kadang bisa mempengaruhi gaya hidup manusia. Sungguh makin berat tugas orang tua jaman sekarang, untuk bisa bersinergi dengan kemajuan yang ada, jangan sampai kemajuan jaman justru mengarah menuju kemudhorotan.

Era Face Book sekarang juga mewarnai era baru hubungan antar manusia…  yang semula terpisah jauh oleh jarak dan waktu bisa bertemu di Face Book, termasuk antara dosen dengan mahasiswanya. Sekarang bukan jamannya lagi dosen sangar dan untouchable hehe….. dosen dan mahasiswa bisa berbagi informasi tentang hal-hal akademik maupun bukan. Seorang sejawatku dosen yang aktif ber-Face Book ria malah sampai tahu tentang mahasiswanya, si ini pacarnya siapa, si itu pandai bikin puding, si ini hobbynya apa, hehe….. Hmm, boleh juga….. asal nggak keasyikan sampai lupa tugas utama lho, Jeng…. (nama dirahasiakan).

Hm….omong-omong tentang dosen,  jadi ingat tentang profesi “dosen”….

Buatku sendiri, dosen bukanlah cita-citaku sejak kecil…. karena waktu aku kecil tidak ada yang memberiku informasi tentang profesi dosen. Tapi setelah aku selesai kuliah dan akan memilih jalan hidupku, aku memutuskan untuk mengambil jalan ini dengan banyak pertimbangan (aku pernah menulis ini somewhere in my blog) Alhamdulillah, ternyata pilihanku tidak salah. Di jalan ini pula aku bertemu dengan si dia yang kemudian menjadi ayah anak-anakku hehe…..

Dosen bukan pekerjaan yang menjanjikan secara finansial….. Aku ingat, dan masih menyimpan amplop gaji pertama suamiku (dosen juga) ketika kami baru saja menikah….. Amplop yang sudah berwarna kekuningan itu bertuliskan,” Gaji pertama yang kunafkahkan untuk istriku setelah dikurangi infak untuk adikku, Rp 100.000,– Rp 20.000,- = Rp 80.000,00” hehe….. bisa dibayangkan betapa limited-nya (waktu itu tahun 1995 akhir). Ia masih harus membiayai adik bungsunya untuk kuliah. Gajiku sendiri tidak jauh-jauh dari itu… Padahal kerja di Industri farmasi , setahuku waktu itu gajinya sekitar Rp 350-400 ribuan.  Mungkin lebih.  Tapi alhamdulillah, gaji dosen yang kecil tetap kami syukuri…. Dan kesyukuran dan keikhlasan kami mungkin telah membawa ijin Allah untuk kami belajar ke Jepang bersama-sama. Dari situ kami bisa menabung agak banyak dan bisa bernafas lebih leluasa…  Bahkan bisa berhaji bersama dan menghajikan ayah mertua pada tahun 2005. Alhamdulillah….

Nah, kembali ke profesi dosen… bagaimanapun aku sudah terlanjur mencintai profesi ini…. Dan syukurlah ia pun mencintai aku hehe…. sehingga aku banyak diberi kesempatan dan pengalaman luas menyelami ilmu, bisa jalan-jalan ke negeri orang, dan income financial pun mengikuti seiring dengan kinerja kita. Profesi ini menjanjikan keleluasaan berimpovisasi dalam hidup sehari-hari….  Mau rajin apa mau malas, terserah kita. Mau naik pangkat atau tidak, terserah kita….dan apa yang kita peroleh akan tergantung dari aktivitas kita…

Aku menikmati saat mengajar di kelas, menjelaskan sampai paham, dan ada kepuasan tersendiri jika bisa membuat mahasiswa paham dengan apa yang kita ajarkan. Mudah-mudahan menjadi ilmu yang bermanfaat yang pahalanya tidak putus-putus. Amien. Memang harus ada usaha keras bagaimana mengajar yang enak, jelas, dan tidak boring. Hm…. beberapa mahasiswa bilang sih aku ngajarnya lumayan enak dan sistematis hehe…. (ge-er). Lha, gimana, .. kalau nggak sistematis kan aku sendiri yang bingung waktu mau ngajar. Namun aku juga menyadari bahwa mahasiswa sekarang juga jauh lebih maju daripada jaman aku mahasiswa dulu. Mahasiswa bisa jadi lebih dulu “melek informasi” ketimbang dosennya, jika sang dosen tidak berusaha meng-update ilmunya. Dosen kan cuma menang baca duluan hehe…… kalau keduluan mahasiswanya ya bakalan mati kutu di kelas. Nah, makanya ketika Universitas menawarkan hibah untuk pengembangan metode pengajaran yang  membangun hubungan lebih serasi antara dosen dan mahasiwanya, aku coba apply dan berhasil mendapatkan hibah tersebut. Sudah pernah aku ceritakan di somewhere in my blog, bahwa aku membuat milis kelas untuk berdiskusi dan berbagai informasi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Konsekuensinya, aku mesti sering online… disamping tetap menyediakan waktu untuk bertatap muka di luar kelas jika dibutuhkan. Thanks for semua participants di kelas, kalian telah membuat kelas kita lebih berwarna. Aku juga sering dapat info atau inspirasi baru dari kegiatan kelas maupun online.

Nah selain milis, Face Book pun sekarang jadi media komunikasi yang sangat efektif….  Kadang ada konsultasi atau pertanyaan yang dilontarkan untukku lewat Face book, pernah pula aku menerima undangan sebagai pembicara di sebuah Seminar yang diawali dari komunikasi melalui Face Book.

Dosen tak lagi menjadi sosok misterius dan angker….. Profesor juga boleh gaul kan? hehe….. walaupun mungkin tak bisa sekerap mahasiswanya untuk Face-Bookan… maklum, urusannya makin banyak, baik urusan kantor maupun urusan domestik rumahtangga. Belum lagi kadang harus “rebutan” internet dulu dengan anak di rumah…..

Oke, selamat berFace Book ria….





Bahaya alkohol mengintai kita…

2 08 2009

Dear kawan….,

alcoholAku yakin pembaca blog ini sebagian besar tidak begitu “aware” dengan bahaya alkohol… Bukan karena tidak tau atau tidak pernah membaca, tapi lebih karena jarang menyentuh apa lagi meminumnya (begitu mudah-mudahan). Termasuk aku sendiri pun, kalau nggak diajak Mbak Tati (Hartati Nurwijaya) menulis buku tentang ini, aku ya hanya tau sekedarnya saja….. karena merasa tidak berkepentingan, karena nggak pernah minum, dan Insya Allah tidak akan minum.

Tapi kawan, ….

kalau kita pelajari lagi dan lihat sekeliling kita….. betapa sebenarnya alkohol dan teman-temannya (drugs, narkoba) sudah mengintai di setiap sudut kota. Alkohol adalah salah satu pintu masuk untuk mengenal drugs dan menjadi salah satu penyebab utama kriminalitas remaja dan dewasa. Fenomena kecanduan atau bahaya alkohol seperti “fenomena gunung es”, yang hanya kelihatan puncaknya saja, tapi ternyata di bawah banyak sekali kejadiannya. Berita yang muncul di koran tentang matinya secara sia-sia beberapa orang akibat menenggak miras hanyalah nol koma nol sekian persen dari jumlah kejadian sebenarnya. Hal ini didasarkan fakta bahwa sebenarnya sejarah alkohol sama panjangnya dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri.

Ini diketahui melalui hasil penelitian para ahli arkeologi bahwa minuman alkohol muncul pertama kalinya dari zaman peradaban Mesir kuno. Dari sinilah minuman alkohol berkembang hingga kini, dan masih menjadi bagian dari peradaban manusia. Kemudian dilanjutkan dengan sejarah alkohol di zaman Yunani kuno dan Romawi kuno. Dari sejarah tadi bermunculanlah berbagai jenis minuman beralkohol di berbagai belahan bumi, masing-masing dengan kekhasan pembuatannya, yang tidak lepas dari budaya setempat. Perancis terkenal dengan winenya, Rusia dengan vodka, Jepang dengan shochu dan sake, dan masih banyak lagi daerah-daerah menghasilkan minuman beralkohol yang khas, tidak terkecuali berbagai daerah di Indonesia. Tuak, arak, brem, ciu, lapen adalah sedikit saja dari macam minuman beralkohol tradisional di Indonesia.

Sekarang dengan era globalisasi, semakin mudah pula penyebaran budaya, termasuk budaya minum alkohol. Masih “untung” mayoritas penduduk kita adalah muslim yang notabene mengharamkan alkohol, sehingga kelihatannya budaya minum alkohol belum menjadi budaya kita. Tapi bukan rahasia pula bahwa banyak mereka yang mengaku muslim, tetapi minum alkohol pun tak dipantang.

Setelah menyadari bahwa lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya, sekarang di negara-negara yang punya “budaya” minum alkohol pun sudah mulai muncul gerakan-gerakan untuk berpikir ulang untuk minum alkohol – rethinking for drinking. Sebuah website yang disponsori oleh Pemerintah Amerika Serikat dan jajarannya (http://rethinkingdrinking.niaaa.nih.gov/ ) telah mengajak masyarakatnya untuk berpikir ulang untuk minum alkohol. Karena yang banyak itu pasti dimulai dari yang sedikit. Mereka menerbitkan booklet dengan judul Rethinking drinking: Alcohol and Your Health yang dapat diperoleh secara gratis.

Nah, keprihatinan terhadap bahaya alkohol untuk para generasi penerus bangsa inilah yang menjadi dorongan kami (Mbak Tati dan saya) untuk mewujudkannya dalam buku yang sekarang dalam proses penerbitan. Dalam buku itu dipaparkan berbagai macam minuman beralkohol dari berbagai penjuru dunia dan budaya minum alkoholnya. Beberapa kisah peminum alkohol dan akibatnya juga disampaikan, demikian pula efeknya, baik secara fisik maupun psikis dalam sudut pandang kesehatan. Tentu saja beberapa cara mencegah atau mengobati kecanduan alkohol juga diuraikan dengan gamblang. Terimakasih atas semua rekan dari berbagai belahan bumi yang sudah berkontribusi untuk buku ini.

Just for your info saja……

Tahukah kalian, kawan, bahwa jenis alkohol itu ada yang hanya merupakan hasil fermentasi dan ada juga yang didestilasi setelah fermentasi? Itu yang disebut jenis beer dan spirits, di mana spirits ini kadar alkoholnya lebih tinggi yang diperoleh dari proses destilasi. Sebuah tulisan pada jurnal Alcohol terbitan Mei 2009 (Vol 43, hal 185-195) melaporkan bahwa jenis alkohol yang diminum dapat mempengaruhi keparahan dari ketergantungan alkohol dan kepatuhannya terhadap pengobatan kecanduan alkohol. Baltieri, dkk menemukan bahwa keparahan ketergantungan alkohol lebih banyak dijumpai pada peminum spirits ketimbang beer, demikian pula kepatuhan pecandu spirits terhadap pengobatan kecanduan alkohol lebih kecil ketimbang pada pecandu beer, sehingga perlu dicarikan metode yang lebih baik untuk mengatasi kecanduan spirits.

Di Indonesia, bentuk spirits ini tidak banyak dijumpai pada minuman beralkohol asli Indonesia. Tapi yang lebih memprihatinkankan adalah banyaknya minuman-minuman oplosan yang umumnya dikonsumsi masyarakat kalangan ekonomi lemah, sebagai bentuk “pelarian” dari himpitan kehidupan. Sedih sekali melihatnya. Mestinya ada upaya dari berbagai pihak untuk bisa menekan penggunaan miras ini dengan lebih sistematis, sekaligus pemberian informasi yang lebih luas mengenai bahaya alkohol. Kampanye Bahaya Alkohol ke berbagai penjuru tanah air yang memiliki korban miras tinggi merupakan salah satu upaya yang akan kami lakukan (Insya Allah) bersamaan dengan peluncuran buku ini. Siapa ya yang akan mendukung? Kami sangat terbuka untuk mendapat dukungan semua pihak, baik moril maupun materiil. Mungkin ada yang mau ngasih penginapan gratis, atau akomodasi dan transportasi, atau apalah hehe…….. Silakan kontak saya saja melalui blog ini…

Demikianlah, ini iklan untuk buku kami : “Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya” yang mudah-mudahan akan segera diterbitkan oleh PT Elex Media Computindo hehe…..  Beli yaa…..