Kena “sentuhan” Tomcat?… Jangan kaget….

26 03 2012

Dear kawan,

Belakangan ini serangga “Tomcat” tidak saja naik daun dalam arti yang sebenarnya, tapi juga “naik TV”, “naik koran”, sampai “naik internet”… Serangga kecil yang sebenarnya sudah lama ada dan mungkin pernah kita lihat kalau jalan-jalan ke sawah, tiba-tiba diberitakan masuk ke rumah dan jika tersentuh olehnya, kulit bisa melepuh, gatal, panas, yang merupakan reaksi yang disebabkan oleh racunnya.  Aku jadi tertarik menulisnya, karena kebetulan aku juga mendapat pertanyaan dari salah seorang teman FB-ku tentang obat untuk mengatasi gigitan/sentuhan sang Tomcat. Siapa tau aku jadi ikut-ikutan ngetop haha….. lebay…..numpang ngetop kok sama serangga….

Siapakah si Tomcat itu ?

Serangga yang lagi ngetop ini nama latinnya adalah Paederis littoralis, atau dalam bahasa Inggris disebut Paederis beetle atau rove beetle, yang kalau di pedesaan orang menyebutnya semut kanai atau semut kayap. Dia dapat julukan keren “tomcat” karena katanya bentuknya sepintas mirip pesawat tempur Amerika, Tomcat F-14. (ngomong-ngomong…. ini serangganya yang mirip pesawat Tomcat atau pesawatnya yang mirip serangga yaa)...Serangga ini sebenarnya tidak menggigit atau menyengat, tetapi darah mereka yang disebut hemolimfa berisi senyawa kimia beracun yang disebut pederin, yang dapat menyebabkan iritasi kulit atau mata.

Seperti apa sih si Tomcat ini?

Serangga tomcat adalah serangga kecil, bertubuh lunak, dengan panjang kira-kira 1 cm. Warnanya oranye gelap, sedangkan bagian kepala, sayap depan (elytra) dan ujung perut mereka  berwarna hitam.  Sayap depannya  berwarna biru / hijau kemilauan. Serangga dewasa dapat hidup selama beberapa bulan dan menghasilkan dua atau lebih generasi per tahun.

Serangga ini sebelum dewasa berkembang di daerah lembab seperti rawa-rawa, lahan pertanian beririgasi dan lahan basah air tawar sekitarnya. Larvanya biasanya memakan ganggang, serangga kecil, tumbuhan yang membusuk, dan bangkai hewan yang ditemukan di habitat ini. Setelah dewasa, serangga ini menjadi predator serangga lainnya dan sering ditemukan selama siang hari untuk mencari mangsa atau beristirahat. Si tomcat ini sebenarnya juga sahabat pak Tani, karena ia juga memangsa wereng. Pada malam hari, lampu dan sumber cahaya terang dapat menarik kumbang dewasa untuk mendekat. karena itulah tomcat bisa masuk ke rumah-rumah jika ada cahaya yang menarik mereka. Jadi untuk mencegah mereka masuk rumah, tutuplah dahulu jendela atau pintu sebelum menyalakan lampu di malam hari. Selain itu, tomcat juga bisa disemprot dengan obat nyamuk biasa yang ada di pasaran.

Kenapa sih pada kuatir pada si Tomcat?
Walaupun tidak berbahaya, tomcat memang perlu diwaspadai karena mereka dapat melepaskan racun yang disebut pederin ketika tubuh mereka hancur. Pederin dapat menyebabkan iritasi kulit semacam dermatitis, dengan luka melepuh dan kemerahan. Jika tidak dicuci, tangan yang terkontaminasi toksin dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh. Rasa sakit dan kebutaan sementara juga dapat terjadi jika racun pederin kena mata.

Karena itu, jika kawan-kawan ketemu sama si tomcat ini, jangan sentuh apalagi mencoba memencetnya karena dengan itu maka racunnya akan terlepas keluar. Jika kena baju misalnya, ngga usah panik, usahakan kibaskan dengan hati-hati atau singkirkan dengan sikat atau benda lain, supaya tidak langsung kontak dengan kulit. Jika tidak sengaja serangganya terluka atau terpencet sehingga keluar racunnya dan terkena kulit, segera saja basuh dengan air mengalir dan disabun. Reaksi kulit akibat pederin umumnya tidak langsung terjadi segera, dan memerlukan waktu antara 12 sampai 36 jam setelah terjadi paparan. Kontak dengan pederin dapat menyebabkan dermatitis diikuti oleh peradangan dari daerah tersebut menjadi ruam kemerahan dan akhirnya melepuh seperti luka pada kulit. Daerah yang paling sering terkena adalah bagian tubuh seperti  wajah, leher, bahu, lengan dan daerah yang terbuka.

Bagaimana jika sudah terkena racun tomcat?

Ga usah panik, kawan……. Kalian bisa menggunakan kompres dingin lalu diikuti dengan lotion Calamin, krim yang mengandung difenhidramin (anti histamine), dan salep hidrokortison, yang bisa dibeli di apotek. Pada banyak kasus, penyembuhan tercapai dalam waktu 1-2 minggu tanpa ada efek jangka panjang. Jika ada infeksi sekunder, mungkin diperlukan antibiotik.

Obat hidrokortison adalah obat golongan steroid yang beraksi sebagai anti-radang yang biasa digunakan untuk alergi atau berbagai penyakit radang lainnya. Dalam bentuk krim, obat ini bisa dibeli bebas di apotek. Sedangkan lotion Calamin itu adalah lotion yg biasa untuk gatal/biang keringat, yang berisi Zinc oxide dan Ferri sulfat dalam pelarut fenol, yang juga bersifat anti gatal dan antiseptic. Difenhidramin adalah anti histamin yang terdapat pada beberapa merk lotion anti alergi.

Oya, reaksi kulit akibat racun tomcat ini sepintas memang mirip seperti herpes, yang disebabkan oleh virus Herpes Zoster. Karena itu, banyak yang mencoba mengobatinya dengan obat herpes seperti acyclovir, suatu anti virus. Tentunya ini kurang tepat, karena racun pederin dari tomcat ini bukan virus.

Begitu aja, kawan……

Jadi….kena sentuhan tomcat? Ngga usah cemas dan kaget…..

Semoga bermanfaat yaa….





Aku dan keledai

21 03 2012

Dear kawan,

aku sudah hampir melupakan rutinitasku dulu untuk menulisi blog-ku….. Sayang memang, karena blog ini sudah punya pembaca setianya sendiri…. tapi aku yang ganti tidak setia menulisinya. Aku tidak punya alasan yang lebih masuk akal kecuali sibuk dan kehilangan mood menulis. Padahal menulis itu juga sebuah ekspresi dan pelepasan…  tapi entahlah, aku benar-benar malas menulis sekarang…

Mungkin karena aku berusaha menjaga ciri khas blog ini… yaitu sentuhan pribadi dan pencerahan berupa muatan ilmu. Sentuhan pribadi itu maksudnya ya cerita tentang seputar kegiatan, pemikiran, dan pengalaman pribadiku.  Jadi ketika aku sedang merasa enggan menuliskan kegiatan atau pengalaman pribadiku karena kuanggap tidak perlu dipublikasikan ke khalayak, maka akhirnya aku juga berhenti menulis. Sedangkan muatan ilmu, utamanya ttg obat dan kesehatan, toh sudah banyaaak…. ada di mana-mana. Jadi aku juga tidak merasa “bersalah” jika tidak menulis, karena toh pembaca blog ini bisa mendapatkan aneka informasi dari sumber-sumber lain.  Begitulah, kawan, alasan sebenarnya mengenai nasib blog ini.

Alasan lain yang masuk akal adalah waktu yang semakin terbatas untuk menulis. Kehadiran Hanna kecilku tentu menuntut perhatianku lebih banyak untuknya, di samping untuk kakak-kakaknya yang lain. Aku yang biasanya selalu membuka laptop di rumah sambil menemani anak-anak beraktivitas di rumah pada malam hari, kini tidak bisa lagi karena Hanna belum bisa ditinggal-tinggal, dan harus pandai mencuri-curi waktu Hanna saat ia bobo seperti saat ini.

Nah, ngomomg-ngomong tentang karakter atau cirri khas……. membentuk cirri atau karakter itu bukan sehari dua hari, tapi perlu proses. Aku ingat ketika pertama kali aku mulai punya blog ini…. Oktober 2008, tulisanku masih sangat miskin..  tapi di sisi lain, semangatku masih menggebu-gebu. Targetku adalah satu posting per minggu. Semula hanya postingan pendek-pendek saja. Makin lama tulisanku makin panjang  dan mulai punya cirri. Misalnya, aku memanggil pembacaku dengan istilah “kawan”, atau menyebut diriku dengan sebutan “aku”, bukan “saya”. Aku mulai membuat cirri khas yaitu apa yang tadi kusebut  sebagai “sentuhan pribadi” dan “bermuatan ilmu”.

Untuk blog ini aku memang agak “sombong”, karena aku tidak mau blog-ku sebagai “batu lompatan” untuk mencari informasi lain. Aku ingin orang membuka blog-ku karena memang untuk membaca tulisanku. Karena itu, aku tidak menyediakan banyak link. Aku juga tidak ingin copy paste tulisan orang lain, walaupun aku sebutkan sumbernya. Aku suka yang orisinil, walau konsekuensinya blog ini menjadi kosong tulisan ketika aku malas menulis. Sebenernya aku juga lagi mengangankan bisa menulis cerita fiksi, semacam cerpen atau novelette. Ngga usah yang panjang-panjang dulu lah…. aku punya banyak stock cerita dalam kepalaku. Tapi menuangkannya itu lho….. susah banget menulis dalam bahasa cerpen yang mengalir dan enak dibaca.

Kalau aku menulis lagi sekarang, dan tulisanku kosong tidak ada muatan apa-apanya….. biar sajalah. Aku sedang belajar menulis lagi. Aku juga sedang belajar untuk tidak perlu terlalu memikirkan apa pendapat orang. Dalam arti positif loh, bukan berarti keras kepala dan tidak mau mendengarkan. Tapi dari berbagai pengalamanku belakangan, kadang kita berbuat apapun, walaupun baik, pasti ada orang yang suka dan tidak. Atau bahkan tidak berbuat apa-apapun, juga demikian. Apalagi jika berbuat yang buruk. Komentarnya bisa kemana-mana dan dilebih-lebihkan. Ternyata begitulah dinamikanya berinteraksi dengan sesama. Jika kita terlalu memikirkan apa pendapat orang, mungkin kita malah bingung sendiri bagaimana harus bersikap.  Seperti cerita tentang seekor keledai yang ditumpangi seorang ayah dan anaknya. Ingat kan ceritanya?

Seeorang ayah dan anak akan pergi bersama keledainya. Sang ayah menunggangi keledainya dan menyuruh sang anak berjalan di belakangnya. Ketika melewati sekelompok wanita, orang2 itu berkomentar. “Bagaimana sih bapak itu, apa tidak kasihan, kok malah dia yang naik dan anaknya yang masih kecil itu disuruh berjalan?”. Karena malu diolok-olok, maka maka iapun turun dari keledainya dan menyuruh sang anak yang naik. Tapi tak berapa lama berjalan, lewat pula segerombolan orang tua yang duduk-duduk. Mereka berkomentar lagi:  “Wah, Bapak tua, apa kamu tidak bisa mendidik anakmu untuk menghargai orang tua? Engkau berjalan kaki sedangkan anakmu malah enak-enak naik keledai?” 

Mendengar komentar itu, sang ayah pun bilang pada anaknya“ Kamu sudah mendengar kan omongan mereka barusan? Kalau begitu, mari kita naik bareng-bareng.” Lalu mereka berdua menaikinya bersama-sama dan berjalan, tetapi di tengah perjalanan, kebetulan bertemulah mereka dengan sekelompok orang lain, kelompok pecinta binatang. Melihat pemandangan itu, mereka meneriaki sang ayah dan anak, “Alangkah kasihannya keledai yang kurus-kering ini. Apakah kalian tidak ada rasa kasihan sedikitpun pada keledai itu? Ia kan juga mahluk Tuhan yang perlu dikasihani.” 

Mendengar komentar itu, akhirnya ayah dan anak itu turun dari keledai, dan memutuskan untuk berjalan bersama-sama dan membiarkan keledainya berjalan di depan mereka. Sewaktu berjalan, mereka bertemu lagi dengan sekelompok pemuda. Mereka mentertawakan ayah dan anak tersebut,” Alangkah bodohnya kalian…. kalian memiliki keledai, tapi kalian berpayah-payah berjalan kaki dan membiarkan keledai itu bersantai-santai. Untuk apa kalian membawa keledai?”

Akhirnya…..? Yah, begitulah jika seseorang terlalu terpengaruh oleh pendapat orang lain dan tidak punya pendirian sendiri. Mungkin ini bisa menjadi ilustrasi, bahwa apapun yang kita lakukan, bisa mengundang komentar orang. Ada yang mendukung, ada yang miring, dengan berbagai alasan dan latar belakangnya. Akhirnya, selama kita meyakini bahwa jalan yang kita tempuh adalah baik, diniatkan untuk yang baik, ya dijalani saja, dengan tetap bermohon kepada Sang Empunya Hidup untuk dijauhkan dari kesulitan, fitnah, prasangka, yang mungkin memberatkan jalan kita. Adapun jika ada yang demikian, tetaplah mohon diberi kekuatan untuk mengikhlaskan dan hanya padaNya saja tempat berlindung dan mohon pertolongan.

Lho, kok ceritanya malah jadi cerita keledai yaa…  yah biar sajalah, ini adalah salah satu contoh ketika jari dibiarkan menekan keyboard laptop, dan pikiran mengembara kemana-mana. Sekali lagi…suka-suka aku lah mau menulis apa hehe…… Dan tau tidak kawan,…judul posting ini baru terpikir setelah tulisan ini selesai….dan itu tidak terbayangkan sebelumnya.

Begitulah, kawan, tulisan keduaku di tahun ini…. semoga masih diberi kekuatan menulis lagi di lain hari…  Sampai jumpa…