Dear kawan,
Lombok yang kumaksudkan di sini bukan cabe, loh….. tapi Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat. Ya, aku baru saja mengunjungi Pulau Lombok, tepatnya di Mataram. Terimakasih buat teman-teman IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) Daerah NTB yang berkenan mengundangku sebagai salah satu pembicara dalam seminar IAI dalam rangkaian kegiatan HUT IAI dan Konperda IA NTB. Sebuah perjalanan menarik karena baru pertama kali aku menginjakkan kaki di Pulau Lombok. Aku membawa serta putri kecilku Hanisa untuk sekalian berlibur ke sana. Tulisan ini adalah dokumentasi dan kesanku dalam kunjunganku kesana.
Ayam taliwang, pelecing kangkung dan Pantai Senggigi
Alhamdulillah, burung besi yang membawaku dari Jogja via Surabaya mendarat dengan mulus di Bandara Selaparang, Mataram, sekitar pukul 11.15 WITA. Dan tumben… begitu kata teman-teman di sana, kali ini jadwalnya tepat. Langit biru bersih dan udara hangat menyambutku di bumi Mataram. Tak lama kemudian teman-teman IAI menjemputku di Bandara, dan tak sampai lama pula, ayam Taliwang, pelecing kangkung dan “teman-temannya” menyambutku di sebuah restoran di sudut kota Mataram. Hmm…dua mahluk yang kemudian menjadi cukup familier dengan lidahku selama di Mataram. Ayam Taliwang merupakan masakan khas di Mataram yang terbuat dari ayam yang masih muda. Menurut informasi sih umurnya sekitar 40 hari, jadi memang masih empuk, walaupun ukurannya kecil. Kasian, deh….kayaknya ayam di Mataram ngga pernah sempat jadi besar hehe…… Pelecing kangkung juga masakan khas di sana yang terdiri dari kangkung, taoge, dan kacang yang diberi bumbu khusus. Hm..enak juga, loh…!! Dan katanya kangkungnya beda lho sama kangkung Jawa……
Kami tinggal di Hotel Lombok Raya, yang merupakan tempat dilangsungkannya acara IAI. Hanisa, anakku sangat excited sekali. Pertama, sudah lama nggak naik pesawat, jadi ia enjoy sekali dengan penerbangan kali ini. Yang kedua, tinggal di hotel dengan kolam renang. Wah, langsung deh dia pengen segera berenang di sana. Senang juga bisa membawa anakku liburan, walau kali ini belum bisa membawa semua. Insya Allah lain kali deh.. Sorenya kami diajak mengunjungi Pantai Senggigi yang terkenal di Mataram (thanks for Mbak Nila). Pantainya cantik dengan pasir putihnya. Sayangnya sudah sore, sehingga tidak bisa lama-lama, dan Hani juga tidak aku ijinkan main air karena tidak membawa ganti baju.
Acara IAI NTB
Aku senang sekali bisa menjadi bagian dari acara Sejawat IAI di NTB. Acara Seminar berlangsung lancar dan hidup dengan cukup banyaknya pertanyaan dari peserta kepada ketiga pembicara. Oiya, pada seminar ini ada tiga pembicara, dimana dua di antaranya adalah dokter yang menyampaikan tentang Patofisiologi Penyakit Diabetes Melitus dan tentang Interpretasi hasil Laboratorium untuk DM. Aku sendiri kebagian berbicara tentang Pharmaceutical Care bagi Pasien DM. Mudah-mudahan saja hasil seminar ini nanti bisa dimanfaatkan oleh sejawat dalam menjalankan pengabdiannya sebagai apoteker di tempat masing-masing.
Diabetes sendiri merupakan salah satu prioritas sasaran yang perlu mendapatkan pelayanan kefarmasian, karena walaupun katanya diagnosanya mudah, penyakit ini cukup kompleks. Dan yang lebih menakutkan adalah jika tidak dikelola dengan baik, penyakit ini memiliki banyak komplikasi yang mematikan, baik komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Hampir 70-80% kematian penderita DM adalah akibat komplikasi penyakitnya!! Tentang penyakit DM sudah pernah aku tuliskan di bagian lain blog ini di sini.
Yang belum banyak dibahas dan ternyata banyak ditanyakan oleh masyarakat adalah penggunaan obat herbal untuk pengatasan DM. Salah satu peserta menanyakan tentang hal ini kepadaku. Hm…terus terang aku tidak sangat mendalami tentang obat-obat herbal, khususnya untuk DM. Tetapi memang aku juga pernah membaca dan mendengar bahwa beberapa tanaman memiliki efek menurunkan kadar gula darah. Beberapa yang pernah diteliti dan dilaporkan dalam jurnal antara lain adalah daun dewa (Gynura procumbens), daun salam, pare, dll. Aku kira silakan saja jika masyarakat ingin mencoba, tetapi tetap jangan lupa untuk menjalankan pilar pengatasan DM lainnya yaitu pengaturan pola makan dan olahraga. Jangan lupa pula untuk selalu memeriksakan kadar gula darah secara teratur atau kadar HbA1C setidaknya 3 bulan sekali, untuk memastikan bahwa DM-nya terkontrol. Sekali lagi, gejala-gejala klinis saja tidak cukup untuk bisa memastikan keadaan DM, dan tetap perlu dilakukan pengukuran kadar gula darah pada laboratorium yang terpercaya.
Kasus khusus : pencampuran obat suntik
Sebuah pertanyaan di luar topik DM dan diberikan di luar acara seminar juga cukup mewarnai kehadiranku di Mataram. Bahkan penanya sudah menanyakan beberapa hari sebelumnya melalui fax dan surat, dan berharap bisa bertemu dan mendapatkan jawaban ketika aku di Mataram. Semula aku sedikit heran saja, mengapa sang penanya begitu seriusnya menanyakan sampai mengulangi pertanyaan tertulisnya dalam bentuk fax dan surat. Sebegitu pentingnyakah? Pertanyaannya adalah mengenai pencampuran obat suntik. Jauh banget bukan? Tapi ada baiknya juga aku sampaikan di sini, mungkin bisa jadi informasi bagi teman-teman. Dia bertanya, apakah boleh obat-obat suntik ini, yaitu : Piracetam, Ondansetron, Ketorolac, dan Ampicillin dioplos menjadi satu suntikan dan diinjeksikan secara intravena kepada pasien? Buku apa yang bisa mendukung jawaban ini? Hm…pertanyaan yang sempat memaksaku harus membuka buku-buku lagi, dan itu baru bisa aku lakukan sehari sebelum berangkat ke Mataram. Aku tidak bisa menjumpai informasi tentang semua obat ini, tapi sedikitnya aku menemukan informasi valid bahwa Ampicillin tidak kompatibel jika dicampur dengan ondansetron injeksi. Bahkan ampicillin juga tidak bisa dicampur dengan dextrose 5 % dan beberapa larutan infus lainnya, karena dapat terjadi presipitasi/pengendapan yang tentu sangat berbahaya jika masuk ke dalam pembuluh darah. Aku hanya berbekal Pocket Guide to Injectable Drug yang merupakan buku pendamping dari versi lengkapnya : Handbook on Injectable Drugs dari Lawrence A. Trissel. Ketika sampai di Mataram dan bertemu langsung dengan sang penanya, aku baru paham mengapa beliau begitu serius untuk menanyakan hal ini. Ternyata ini berangkat dari kasus nyata yang dialami almarhum ibunya yang masuk RS karena kecelakaan. Menurutnya, ibunya yang waktu itu masih dalam keadaan baik/sadar, setelah mendapatkan oplosan obat ini menjadi tidak sadar bahkan akhirnya meninggal. Pertanyaan ke pihak RS untuk mendapatkan informasi detail tidak mendapat tanggapan, walaupun sebenarnya beliau tidak bermaksud apa-apa, kecuali berharap agar tidak terjadi lagi pada waktu-waktu selanjutnya. Aku kira satu hal kecil ini bisa menjadi topik yang perlu diangkat dan dipertimbangkan sebagai bagian dari pendidikan berkelanjutan profesi apoteker. Dan mestinya nanti Apoteker yang dianggap berkompeten di bidang obat bisa memberikan informasi-informasi ini kepada sejawat tenaga kesehatan seperti dokter atau perawat mengenai pencampuran obat suntik yang benar.
Pantai Kuta
Pantai Kuta ternyata tidak hanya ada di Bali. Lombokpun punya. Hari terakhir di Mataram aku isi dengan menikmati keindahan Pantai Kuta yang ada di Lombok Tengah. Wow, ….cantik sekali. Menurutku lebih cantik dari Senggigi. Perjalanan yang lumayan jauh terobati dengan pemandangan indah di pantai Kuta (thanks to Rizal for driving). Hanisa senang sekali berenang di pantai yang bersih dengan pasir putihnya, bahkan hampir tidak mau berhenti berenang jika tidak aku “takut-takuti” bahwa nanti bisa ketinggalan pesawat. Sempat ngambek dengan mata berkaca-kaca, untungnya bisa reda lagi ngambeknya setelah makan siang dan dijanjikan pergi ke Mataram Mall. Whats?!! Mall? Bukannya di Yogya banyak Mall yang lebih besar dan bagus dari satu-satunya Mall di Mataram itu? (hehe…maap). Hmm…ternyata ada rahasianya. Kemarin memang dia habis aku belikan sepatu roda di Mataram Mall, sehingga dia jadi semangat banget latihan di Mall tersebut bersama penjualnya. Cape deee…..!!
Well, akhirnya kunjunganku ke Mataram berakhir juga Minggu sore. Harus kembali ke kehidupan nyata hehe…dengan rutinitas kerja. Semarang sudah menunggu kedatanganku tanggal 24 Juni besok untuk memberi materi di depan para dokter Puskesmas di wilayah Dinas Kesehatan Kab Semarang. Dan sebentar lagi bersiap-siap melawat ke Rusia. Terimakasih buat teman-teman di Mataram atas sambutan dan keramahannya kepada kami berdua. Pasti ngga bakal kapok deh, kalau diundang lagi ke Mataram. Hani juga masih pingin berenang di Pantai Kuta hehe….
Hmm…. Lombok, memang ngga bikin kapok……!!
komentar