Lombok, yang ngga bikin kapok….

21 06 2010

Dear kawan,   

Lombok yang kumaksudkan di sini bukan cabe, loh….. tapi Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat. Ya, aku baru saja mengunjungi Pulau Lombok, tepatnya di Mataram. Terimakasih buat teman-teman IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) Daerah NTB yang berkenan mengundangku sebagai salah satu pembicara dalam seminar IAI dalam rangkaian kegiatan HUT IAI dan Konperda IA NTB. Sebuah perjalanan menarik karena baru pertama kali aku menginjakkan kaki di Pulau Lombok. Aku membawa serta putri kecilku Hanisa untuk sekalian berlibur ke sana. Tulisan ini adalah dokumentasi dan kesanku dalam kunjunganku kesana.   

Ayam taliwang, pelecing kangkung dan Pantai Senggigi   

Ayam taliwang

Alhamdulillah, burung besi yang membawaku dari Jogja via Surabaya mendarat dengan mulus di Bandara Selaparang, Mataram, sekitar pukul 11.15 WITA. Dan tumben… begitu kata teman-teman di sana, kali ini jadwalnya tepat. Langit biru bersih dan udara hangat menyambutku di bumi Mataram. Tak lama kemudian teman-teman IAI menjemputku di Bandara, dan tak sampai lama pula, ayam Taliwang, pelecing kangkung dan “teman-temannya” menyambutku di sebuah restoran di sudut kota Mataram. Hmm…dua mahluk yang kemudian menjadi cukup familier dengan lidahku selama di Mataram. Ayam Taliwang merupakan masakan khas di Mataram yang terbuat dari ayam yang masih muda. Menurut informasi sih umurnya sekitar 40 hari, jadi memang masih empuk, walaupun ukurannya kecil. Kasian, deh….kayaknya ayam di Mataram ngga pernah sempat jadi besar hehe…… Pelecing kangkung juga masakan khas di sana yang terdiri dari kangkung, taoge, dan kacang yang diberi bumbu khusus. Hm..enak juga, loh…!! Dan katanya kangkungnya beda lho sama kangkung Jawa……

pelecing kangkung, teman si ayam

Kami tinggal di Hotel Lombok Raya, yang merupakan tempat dilangsungkannya acara IAI. Hanisa, anakku sangat excited sekali. Pertama, sudah lama nggak naik pesawat, jadi ia enjoy sekali dengan penerbangan kali ini. Yang kedua, tinggal di hotel dengan kolam renang. Wah, langsung deh dia pengen segera berenang di sana. Senang juga bisa membawa anakku liburan, walau kali ini belum bisa membawa semua. Insya Allah lain kali deh.. Sorenya kami diajak mengunjungi Pantai Senggigi yang terkenal di Mataram (thanks for Mbak Nila).  Pantainya cantik dengan pasir putihnya. Sayangnya sudah sore, sehingga tidak bisa lama-lama, dan Hani juga tidak aku ijinkan main air karena tidak membawa ganti baju.  

Acara IAI NTB   

Bersama petinggi IAI Pusat dan IAI NTB

Aku senang sekali bisa menjadi bagian dari acara Sejawat IAI di NTB. Acara Seminar berlangsung lancar dan hidup dengan cukup banyaknya pertanyaan dari peserta kepada ketiga pembicara. Oiya, pada seminar ini ada tiga pembicara, dimana dua di antaranya adalah dokter yang menyampaikan tentang Patofisiologi Penyakit Diabetes Melitus dan tentang Interpretasi hasil Laboratorium untuk DM. Aku sendiri kebagian berbicara tentang Pharmaceutical Care bagi Pasien DM. Mudah-mudahan saja hasil seminar ini nanti bisa dimanfaatkan oleh sejawat dalam menjalankan pengabdiannya sebagai apoteker di tempat masing-masing.   

Diabetes sendiri merupakan salah satu prioritas sasaran yang perlu mendapatkan pelayanan kefarmasian, karena walaupun katanya diagnosanya mudah, penyakit ini cukup kompleks. Dan yang lebih menakutkan adalah jika tidak dikelola dengan baik, penyakit ini memiliki banyak komplikasi yang mematikan, baik komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Hampir 70-80% kematian penderita DM adalah akibat komplikasi penyakitnya!! Tentang penyakit DM sudah pernah aku tuliskan di bagian lain blog ini di sini.   

Yang belum banyak dibahas dan ternyata banyak ditanyakan oleh masyarakat adalah penggunaan obat herbal untuk pengatasan DM. Salah satu peserta menanyakan tentang hal ini kepadaku. Hm…terus terang aku tidak sangat mendalami tentang obat-obat herbal, khususnya untuk DM. Tetapi memang aku juga pernah membaca dan mendengar bahwa beberapa tanaman memiliki efek menurunkan kadar gula darah. Beberapa yang pernah diteliti dan dilaporkan dalam jurnal antara lain adalah daun dewa (Gynura procumbens), daun salam, pare, dll. Aku kira silakan saja jika masyarakat ingin mencoba, tetapi tetap jangan lupa untuk menjalankan pilar pengatasan DM lainnya yaitu pengaturan pola makan dan olahraga. Jangan lupa pula untuk selalu memeriksakan kadar gula darah secara teratur atau kadar HbA1C setidaknya 3 bulan sekali, untuk memastikan bahwa DM-nya terkontrol. Sekali lagi, gejala-gejala klinis saja tidak cukup untuk bisa memastikan keadaan DM, dan tetap perlu dilakukan pengukuran kadar gula darah pada laboratorium yang terpercaya.   

Kasus khusus : pencampuran obat suntik  

Sebuah pertanyaan di luar topik DM dan diberikan di luar acara seminar juga cukup mewarnai kehadiranku di Mataram. Bahkan penanya sudah menanyakan beberapa hari sebelumnya melalui fax dan surat, dan berharap bisa bertemu dan mendapatkan jawaban ketika aku di Mataram. Semula aku sedikit heran saja, mengapa sang penanya begitu seriusnya menanyakan sampai mengulangi pertanyaan tertulisnya dalam bentuk fax dan surat. Sebegitu pentingnyakah? Pertanyaannya adalah mengenai pencampuran obat suntik. Jauh banget bukan? Tapi ada baiknya juga aku sampaikan di sini, mungkin bisa jadi informasi bagi teman-teman. Dia bertanya, apakah boleh obat-obat suntik ini, yaitu : Piracetam, Ondansetron, Ketorolac, dan Ampicillin dioplos menjadi satu suntikan dan diinjeksikan secara intravena kepada pasien? Buku apa yang bisa mendukung jawaban ini? Hm…pertanyaan yang sempat memaksaku harus membuka buku-buku lagi, dan itu baru bisa aku lakukan sehari sebelum berangkat ke Mataram. Aku tidak bisa menjumpai informasi tentang semua obat ini, tapi sedikitnya aku menemukan informasi valid bahwa Ampicillin tidak kompatibel jika dicampur dengan ondansetron injeksi. Bahkan ampicillin juga tidak bisa dicampur dengan dextrose 5 % dan beberapa larutan infus lainnya, karena dapat terjadi presipitasi/pengendapan yang tentu sangat berbahaya jika masuk ke dalam pembuluh darah. Aku hanya berbekal Pocket Guide to Injectable Drug yang merupakan buku pendamping dari versi lengkapnya : Handbook on Injectable Drugs dari Lawrence A. Trissel. Ketika sampai di Mataram dan bertemu langsung dengan sang penanya, aku baru paham mengapa beliau begitu serius untuk menanyakan hal ini. Ternyata ini berangkat dari kasus nyata yang dialami almarhum ibunya yang masuk RS karena kecelakaan. Menurutnya, ibunya yang waktu itu masih dalam keadaan baik/sadar, setelah mendapatkan oplosan obat ini menjadi tidak sadar bahkan akhirnya meninggal. Pertanyaan ke pihak RS untuk mendapatkan informasi detail tidak mendapat tanggapan, walaupun sebenarnya beliau tidak bermaksud apa-apa, kecuali berharap agar tidak terjadi lagi pada waktu-waktu selanjutnya. Aku kira satu hal kecil ini bisa menjadi topik yang perlu diangkat dan dipertimbangkan sebagai bagian dari pendidikan berkelanjutan profesi apoteker. Dan mestinya nanti Apoteker yang dianggap berkompeten di bidang obat bisa memberikan informasi-informasi ini kepada sejawat tenaga kesehatan seperti dokter atau perawat mengenai pencampuran obat suntik yang benar.   

Pantai Kuta   

bersama di Pantai Kuta (ki-ka: Fafir, aku, Hani, dan Amel). Thanks for hospitality..

Pantai Kuta ternyata tidak hanya ada di Bali. Lombokpun punya. Hari terakhir di Mataram aku isi dengan menikmati keindahan Pantai Kuta yang ada di Lombok Tengah. Wow, ….cantik sekali. Menurutku lebih cantik dari Senggigi. Perjalanan yang lumayan jauh terobati dengan pemandangan indah di pantai Kuta (thanks to Rizal for driving). Hanisa senang sekali berenang di pantai yang bersih dengan pasir putihnya, bahkan hampir tidak mau berhenti berenang jika tidak aku “takut-takuti” bahwa nanti bisa ketinggalan pesawat. Sempat ngambek dengan mata berkaca-kaca, untungnya bisa reda lagi ngambeknya setelah makan siang dan dijanjikan pergi ke Mataram Mall. Whats?!! Mall? Bukannya di Yogya banyak Mall yang lebih besar dan bagus dari satu-satunya Mall di Mataram itu? (hehe…maap). Hmm…ternyata ada rahasianya. Kemarin memang dia habis aku belikan sepatu roda di Mataram Mall, sehingga dia jadi semangat banget latihan di Mall tersebut bersama penjualnya. Cape deee…..!!   

Well, akhirnya kunjunganku ke Mataram berakhir juga Minggu sore. Harus kembali ke kehidupan nyata hehe…dengan rutinitas kerja. Semarang sudah menunggu kedatanganku tanggal 24 Juni besok untuk memberi materi di depan para dokter Puskesmas di wilayah Dinas Kesehatan Kab Semarang. Dan sebentar lagi bersiap-siap melawat ke Rusia. Terimakasih buat teman-teman di Mataram atas sambutan dan keramahannya kepada kami berdua. Pasti ngga bakal kapok deh, kalau diundang lagi ke Mataram. Hani juga masih pingin berenang di Pantai Kuta hehe….   

Hani asyik mandi di pantai Kuta

Hmm…. Lombok, memang ngga bikin kapok……!!





Kali ini giliran Makasar: rekrutment probandus utk pemetaan polimorfisme genetik CYP 450

13 06 2010

Dear kawan,

Pasien dengan diagnosis sama, dengan obat yang sama, akan memberikan respon yang berbeda, yang dipengaruhi oleh faktor genetik

Istilah polimorfisme genetik didefinisikan sebagai “adanya individu-individu dengan sifat genetik yang berlainan tetapi hidup secara bersamaan dalam populasi, di mana frekuensi masing-masing selalu tetap dan tidak berubah oleh karena adanya mutasi genetik” (sumber : klik di sini).  Adanya perbedaan genetik ini bisa menyebabkan perbedaan fenotip (“penampilan”). Salah satunya adalah dalam hal perbedaan respon seseorang terhadap penggunaan obat. Obat yang sama, dengan dosis yang sama, bisa memberikan efek yang berbeda pada orang yang memiliki genetik yang berbeda. Sebagai contoh, sudah banyak informasi bahwa pada suatu ras tertentu, sekian persen populasinya memiliki sifat asetilator lambat, sehingga obat yang mengalami proses asetilasi di dalam tubuh akan lebih lambat prosesnya, dan obat akan berada dalam tubuh lebih lama, sehingga efeknya meningkat. Informasi serupa dari populasi orang asli Indonesia masih sangat jarang. Karena itulah aku tertarik ingin memetakan kejadian polimorfisme genetik ini pada suku-suku besar di Indonesia.

Nah…. setelah tahun lalu mencoba memetakan polimorfisme genetik pada  suku Jawa sebagai suku dengan populasi terbesar di Indonesia, kali ini bekerja sama dengan La Trobe University, Australia, aku ingin melihat hal yang sama pada orang Makassar. Makassar aku pilih karena lokasinya cukup unik, yaitu berada di dekat garis Wallacea, yang merupakan garis imajiner yang membelah dua benua pada jaman dulu kala. Sangat mungkin orang-orangnya juga memiliki profil genetik yang khas dan berbeda dengan populasi Jawa.  Gen yang dipilih untuk diamati kali ini adalah gen yang mengkode enzim sitokrom P450 subtipe CYP2D6, CYP2C9, dan CYP2C19, karena mereka merupakan enzim yang paling banyak dilaporkan mengalami polimorfisme dan bertanggungjawab terhadap banyak kejadian adverse drug reaction dan kegagalan terapi beberapa obat yang lazim digunakan.

Untuk itu, kali ini aku mengundang siapapun yang memenuhi kriteria dibawah ini untuk menjadi probandus penelitian ini. Kriteria:

pria/wanita, usia 18-40 tahun, sehat jasmani (berdasarkan pemeriksaan kesehatan yang akan dilakukan), suku Bugis atau Makassar asli (bapak dan ibunya suku Bugis atau Makassar, kakek dan nenek dari kedua pihak juga suku Bugis atau Makassar), diutamakan yang tinggal di Yogya dan sekitarnya untuk kemudahan teknisnya.

Jika nanti tidak mencukupi jumlahnya, akan dilakukan juga rekrutmen probandus di Makassar pada waktu yang akan ditentukan kemudian.

Subyek/relawan yang berdomisili di Yogya akan diminta hadir pada saat dan tempat yang akan diinformasikan kemudian, lalu diambil darahnya dan diperiksa kesehatannya secara umum, untuk memastikan kondisi kesehatannya, apakah memenuhi kriteria inklusi apa tidak. Direncanakan diperlukan sekitar 200 orang subyek yang memenuhi kriteria inklusi.

Buat teman-teman yang tertarik, silakan mendaftarkan diri pada saya melalui e-mail (ikawati@yahoo.com)  atau pada Desy Askitosari (doci_46@yahoo.com) message via FB dengan menyebut nama lengkap, usia, no HP yang bisa dihubungi, dan alamat e-mail.

Relawan dapat apa?

Relawan yang mendaftarkan diri akan mendapatkan pemeriksaan ksehatan lengkap secara gratis, baik nanti masuk dalam kriteria kesehatan subyek atau tidak. Selain itu ada sekedar uang transport.

Oke, ditunggu yaaaa….

makasih sebelumnya.





Hysteria: pemacu adrenaline rush

6 06 2010

Dear kawan,

kegiatan pemicu adrenalin

Sebentar lagi anak-anak sekolah akan libur panjang kenaikan kelas setelah harus berjuang keras dahulu untuk menjalani ujian kenaikan kelas. Akupun mulai sibuk mengatur jadwal belajar dan menemani anak-anakku belajar. Maklum deh….. anak-anakku belum bisa disiplin mengatur sendiri waktu belajar mereka. Di sela-sela itu, kami sudah pula membicarakan acara pengisi liburan… hm..mau kemana ya? Ada beberapa opsi: menikmati pantai Senggigi di Lombok (kebetulan aku diundang mengisi seminar di Mataram), atau mencoba menjelajahi Trans Studio di Makassar (kebetulan ada pelaksanaan penelitian di sana), atau sekalian ke luar negeri (ciee… kalo ini sih permintaan anak-anak, katanya bapak ibu sudah sering ke luar negeri, masa anak2 belum pernah). Hm… kalo ini mah harus mikir jauh hari untuk persiapannya (baca: duitnya). Kalaupun mau ke luar negeri pasti yang dekat-dekat dulu aja, ah…. dan murah. Ke Genting Highland di Malaysia kali, ya…. banyak teman dan mantan students di sana, bisa dicarikan akomodasi yang “cost-effective” hehe…. Hm, tapi ada satu lagi opsi yang menarik dan relatif murah,…. ke Jakarta aja deh.. menikmati aneka wahana di Dufan Ancol, katanya ada yang baru loh….. namanya Hysteria (informasinya bisa diklik di sini).

Hysteria dan adrenaline rush

Namanya agak unik ya, mengingatkan kita pada teriakan histeris. Ya, pasti deh… kalau lihat iklannya, kayaknya memang yang naik Hysteria umumnya pada berteriak-teriak histeris karena ngeri atau takut. Permainan semacam ini disebut-sebut sebagai permainan yang memacu adrenalin atau disebut juga “adrenaline rush”. Apa sih adrenalin itu? Apa efek-efeknya? Tulisan kali ini mencoba mengupas “adrenaline rush”. Kalau tentang Hysteria-nya sih entar dicoba sendiri deh, … dan dibuktikan apa tulisan ini sesuai tidak dengan yang dirasakan. (Kayaknya Dunia Fantasi Ancol harus kasih upeti nih, aku sudah turut mempromosikan Hysteria hehe…..).

Apa itu Adrenalin?

Adrenalin adalah suatu hormon atau neurotransmiter yang diproduksi oleh tubuh kita dari sebuah kelenjar di ginjal, yaitu kelenjar adrenal atau dari saraf adrenergik. Nama lain adrenalin adalah epinefrin. Adrenalin terbentuk dari asam amino tirosin. Adrenalin bekerja pada reseptor adrenergik yang tersebar luas pada berbagai organ dalam tubuh, mulai dari pembuluh darah, jantung, paru-paru, hati, otot-otot, pankreas, dll. Adrenalin dilepaskan jika ada stimulasi terhadap sistem saraf simpatik yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang memperantarai aksi-aksi dalam tubuh yang tidak disadari, seperti respon pernafasan, denyut jantung, pencernaan, berkemih, dll. Adrenalin terutama terlibat dalam reaksi “flight or fight”, yaitu situasi ketika seseorang merasa berada dalam bahaya yang membutuhkan kewaspadaan, atau akan lari dari situasi yang mengancam. Permainan-permainan yang memerlukan kewaspadaan tinggi dan situasi yang mengancam seperti Hysteria atau permainan sejenis lainnya dapat memicu pelepasan adrenalin. Pelepasan adrenalin ini akan memicu berbagai respon tubuh yang diperlukan untuk mengatasi situasi mengancam tersebut. Efek-efek apa saja yang terjadi?

Meningkatkat energi

Efek yang paling utama dari adrenaline rush ini adalah peningkatan kekuatan dan energi. Hal ini karena adrenalin (beserta kortikosteroid yang juga dilepaskan) akan meningkatkan kecepatan denyut jantung sehingga akan meningkatkan jumlah darah yang akan dipompa oleh jantung menuju seluruh tubuh (cardiac output), sehingga akan menghasilkan energi yang lebih banyak.

Pelepasan endorfin (analgesik alami)

Adrenalin juga akan memicu pelepasan endorfin, suatu senyawa morfin alami dari kelenjar pituitary dan hipotalamus di otak. Endorfin berefek menghilangkan rasa sakit, yang menyebabkan seseorang bisa melawan atau bahkan melarikan diri dalam keadaan terluka. Endorfin juga merupakan hormon yang memicu rasa senang (euforia), mirip seperti orang yang memakai morfin.

Menambah energi dengan peruraian glukosa

Adrenalin akan bekerja juga pada hati/liver untuk membongkar simpanan glikogen (gula otot) menjadi glukosa yang dibutuhkan untuk tenaga/energi dalam respon “flight or fight”. Selain itu, jika simpanan gula habis, simpanan lemak juga akan dibongkar untuk menambah energi.

Tekanan darah, pernafasan, dan keringat

Adrenalin juga akan meningkatkan tekanan darah dan kecepatan pernafasan, sehingga akan memperbanyak saturasi oksigen ke dalam otot. Jika otot mendapatkan lebih banyak oksigen, maka otot akan lebih kuat untuk bergerak atau melawan. Selain itu, adrenalin akan memicu pengeluaran keringat sehingga membantu mendinginkan otot yang “kepanasan” karena bekerja keras. 

Panca indra/sense

Adrenalin akan berefek pada mata menyebabkan dilatasi pupil mata, sehingga memberikan penglihatan yang lebih baik untuk melarikan diri atau menghindari bahaya. Indra yang lain seperti pendengaran juga akan meningkat, sebaliknya indra perabaan/sentuhan akan menjadi kebal/mati rasa. Hal ini akan membantu seseorang bertahan ketika terjadi bahaya seperti tergores, terbakar, atau terluka selama peristiwa yang mengancam.

Sistem pencernaan dan uriner

Aliran darah menuju sistem pencernaan akan berkurang selama pelepasan adrenalin, sehingga mengurangi kegiatan pencernaan, dan darah lebih banyak dialirkan ke otot dan otak. Aliran darah ke otak dan otot akan meningkatkan kekuatan fisik dan waktu bereaksi dalam menghadapi bahaya. Adrenalin juga memicu urinasi dan defekasi, dengan tujuan untuk mengurangi kemungkinan infeksi jika ada luka di dalam daerah perut. (ini juga yang menyebabkan mengapa orang yang dalam keadaan ketakutan hebat bisa terkencing-kencing hehe….. jadi hati-hati nanti kalau naik Hysteria, mungkin ada yang terpipis-pipis…).

Adrenaline junkie..

Itulah tadi fungsi-fungsi adrenalin dalam tubuh. Nah… jadi sebenarnya adrenalin merupakan hormon untuk menyiapkan “flight or fight” response, suatu keadaan yang membutuhkan kewaspadaan. Lucunya, banyak orang yang ketagihan “adrenaline rush”, sehingga mereka suka mencoba permainan-permainan atau kegiatan-kegiatan yang berbahaya seperti sky diving/terbang layang, ski dari puncak gunung salju, banjo jumping, dll. Mereka adalah “adrenaline junkie”…. orang-orang yang ketagihan “adrenaline rush”. Kayaknya mereka memang tergolong orang yang suka mengambil risiko. Bisa jadi itu karena pelepasan endorfin yang menyebabkan rasa senang/euforia, sehingga walaupun deg-degan, terasa seram, tapi menyenangkan dan bikin ketagihan.

Tapi hati-hati loh…..buat mereka yang sudah punya riwayat tekanan darah tinggi atau sakit jantung, kegiatan yang memicu adrenalin bisa berakibat fatal karena akan terjadi aksi berlebihan terhadap pembuluh darah dan jantung. Seperti disebut di atas, adrenalin akan meningkatkan tekanan darah dan memicu denyut jantung. Peningkatan tekanan darah secara mendadak dapat menyebabkan pembuluh darah pecah jika tekanan darah terlalu tinggi, apalagi jika sudah ada kerapuhan pembuluh darah sebelumnya.

Hmm… tapi ada juga loh, peristiwa-peristiwa yang keliatannya bukan peristiwa seram tetapi juga memacu “adrenaline rush”… antara lain ketika seseorang mau menyatakan cinta dan harap-harap cemas diterima atau tidak, hehe…… atau kita mau bertemu dengan seorang yang kita rindukan sekian lama…..,…. deg-degan, senang… Iya kan?

Well, buat yang kepengin mencoba rasanya “adrenaline rush”, boleh juga tuh mencoba wahana Hysteria di Ancol…. jangan lupa ajak-ajak aku yaa…

(tulisan ini pesan sponsor dari adikku)





Babi mirip manusia? (maap)

2 06 2010

Dear teman,

perbandingan genome manusia dan babi

Wah, lama sekali aku ngga sempat menulisi blog tercintaku ini….. pasti banyak pembaca setia sudah menanti (ceile….. ge-er mode on). Maap deh, dua minggu ke belakang banyak sekali urusan yang membutuhkan perhatian dan waktu. Tak sampai seminggu setelah pulang dari Jakarta sehabis siaran di Metro TV, mendadak ada undangan untuk presentasi proposal penelitian di Jakarta untuk salah satu proposal yang kuajukan ke DIKTI. Tentu aku harus menyiapkan segala sesuatunya, bikin power point, dll, dll. Jadi hari Senin-selasa (24-25 Juni) aku jalan lagi ke Jakarta…  

Balik ke Yogya, tumpukan draft thesis dan skripsi sudah menunggu direview. Belum lagi memberi kuliah pengganti dan menguji thesis. Masih pula siaran radio di hari Kamisnya. Dan yang terberat adalah menyiapkan bahan mengisi Pengajian Muhammadiyah di Purwokerto pada hari Minggunya. Whatz?!! Pengajian?….. hmm… believe or not deh, … aku diminta mengisi Pengajian di Forum pengajian bulanan Muhammadiyah di kota kelahiranku, Purwokerto. Walaupun merasa tidak kompeten, aku sulit untuk menolaknya, karena yang meminta adalah Ketua Cabang Muhammadiyah Kabupaten, Bp. Drs. H. A. Kifni, yang kebetulan terbilang guru ngajiku ketika masa SMA dulu, ketika aku beraktivitas sebagai remaja masjid An Nuur Tanjung. Tapi untungnya, materi yang diminta masih terkait dengan ilmu yang lumayan aku kuasai, yaitu tentang farmasi, yaitu bagaimana obat dan kesehatan dalam pandangan sains dan Islam. Hm…..  lumayan menyita waktu untuk menyiapkan bahannya. Maklum, ilmu agamaku dari dulu ngga nambah-nambah…. jadi mesti hunting lagi ayat-ayat Qur’an dan hadist yang relevan. Tulisan kali ini sekedar catatanku tentang kesan dan pengalaman tentang event tersebut…. yang buatku cukup unik dan menarik, dan maap kalo agak kontroversial…..

Dilarang berobat dengan yang haram

Di awal kajian, aku menyampaikan bahwa setiap orang pengen sehat. Tapi kalau sudah terlanjur sakit bagaimana? Salah satu pengatasannya tentu dengan berobat. Tentang obat…. obat bisa berasal dari berbagai sumber, antara lain tanaman, hewan, mineral, sintesis, hasil rekayasa teknologi, dll. Nah masalahnya sekarang….. dalam Islam ada larangan untuk berobat dengan yang haram. Untuk hal ini, Rasulullah saw pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat serta telah menciptakan untuk kalian setiap penyakit obatnya, maka berobatlah kalian dan jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud). Juga disebutkan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak menciptakan kesembuhan kalian pada sesuatu yang Dia haramkan atas kalian.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari). Jadi, dengan banyaknya obat yang ditawarkan, seorang Muslim mesti jeli untuk tidak menggunakan obat-obat yang berasal atau mengandung zat-zat yang haram

Apa saja yang haram?

Aku menyebut sedikit saja contoh zat-zat yang diharamkan yang disebut dalam Qur’an, yaitu : alkohol (khamr), babi, darah, dan bangkai. Tentang ini bisa dilihat pada ayat al Quran : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS Al Baqoroh: 219). Juga pada ayat yang lain disebutkan : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS An Nahl 115)

Tentang rokok aku singgung sedikit, karena Muhammadiyah belum lama ini mengeluarkan fatwa haramnya rokok. Nah, aku diminta untuk menjelaskan secara saintifik, mengapa zat-zat tersebut haram. Kira-kira seperti apa penjelasannya, sehingga ummat tidak hanya tau bahwa hukumnya haram, tetapi juga tau kira-kira mengapa. Diharapkan dengan adanya penjelasan secara saintifik, akan menambah keyakinan akan haramnya zat-zat yang memang dinyatakan haram tersebut.

Seperti apa penjelasan saintifiknya?

Sebelum bicara kajian saintifik, aku sampaikan dulu bahwa kita meyakini bahwa semestinya tidak ada dikotomi antara sains dan agama, dalam hal ini Islam. Agama (Islam) adalah petunjuk mengungkap fenomena alam melalui sains. Sains memang diawali dengan tidak percaya/skeptis, sementara agama diawali dengan percaya/iman. Tapi kita meyakini bahwa tidak ada yang salah dalam Alquran, hanya saja…, kadang akal manusia terbatas, sehingga belum bisa mengungkap rahasia Allah melalui ajaran agama tersebut. (Hm… sebenernya sih itu adalah alasanku sendiri, karena nyatanya pengetahuanku memang belum cukup untuk mengungkap semua hal tersebut.)

Ketika menjelaskan manfaat dan mudharat alkohol, aku cukup fasih dan punya banyak bahan. Tentang bahaya alkohol sudah sering aku kupas di berbagai kesempatan. Aku sampaikan bahwa memang benar, pada jumlah tertentu dan bentuk tertentu, alkohol bermanfaat. Ia merupakan pelarut yang baik untuk banyak jenis obat, ia juga penyari yang baik bagi zat-zat dari dalam tanaman. Ia juga punya efek antiseptik (untuk pemakaian luar). Tetapi bahayanya memang  lebih besar daripada manfaatnya. Pada kesempatan itu aku menyarankan pada jamaah untuk  jeli jika memilih obat dalam bentuk sirup yang kadang mengandung etanol/alkohol sebagai pelarut. Walaupun mungkin tidak sampai memberikan efek memabukkan, tetapi untuk prinsip kehati-hatian lebih baik dihindarkan, kecuali jika memang tidak ada pilihan yang lain. Silakan tanyakan kepada apoteker untuk meminta sirup yang bebas alkohol.

Juga tentang rokok yang lebih banyak merugikan daripada bermanfaat, rasanya tidak terlalu sulit karena banyak informasinya. Korelasi paparan rokok dengan kejadian kanker paru dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) mudah dijumpai di mana-mana. Bangkai dan darah juga demikian, relatif tidak kesulitan. Tetapi terus terang aku agak kesulitan untuk memaparkan alasan saintifik mengapa babi diharamkan. Selama ini sebagian besar dari kita (yang Muslim) secara patuh dan yakin menghindari makan apapun yang berunsur babi. Termasuk ketika aku sempat hidup di Jepang beberapa tahun, kami sangat hati-hati membaca huruf kanji yang tertera dalam bungkus makanan untuk memastikan apakah ada unsur “butaniku” alias babi apa tidak, tanpa pernah mikir mengapa kita mesti menghindari makan babi. Nah, ketika aku harus memaparkan kajian tentang haramnya babi, barulah kepikiran…. dan ternyata aku belum menemukan jawaban yang pasti. Dulu waktu SD atau SMP, sering kita diberi tahu oleh guru agama bahwa babi mengandung cacing pita. Yah, tetapi sebenarnya dengan tingkat sanitasi dan hiegine yang lebih baik, apalagi di negara-negara maju pemakan babi, cacing pita bukan lagi hal yang menjadi masalah. Jarang sekali dilaporkan kasus cacing pita di Jepang misalnya, walaupun mereka adalah bangsa pemakan babi juga. So what gitu loh?!!

Babi mirip manusia?

Ketika mencoba searching tentang babi, aku justru menemukan informasi yang cukup “mengejutkan” (walau sebenernya tidak terlalu baru), yaitu bahwa pemetaan genome babi sekarang sudah selesai, dan ternyata….secara genetik babi itu mirip dengan manusia. Beritanya begini: A University of Illinois side-by-side comparison of the human and pig genomes has revealed remarkable similarities. “We took the human genome, cut it into 173 puzzle pieces and rearranged it to make a pig,” explains animal geneticist Lawrence Schook. “Everything matches up perfectly. The pig is genetically very close to humans.” (bisa dichek di sini). Dengan demikian, babi merupakan model hewan uji yang paling mendekati manusia untuk mempelajari penyakit genetik manusia.

Sebetulnya sih itu tidak terlalu mengherankan mengingat bahwa dulu insulin (obat untuk Diabetes) dibuat dari atau diperoleh dari babi atau sapi. Dan insulin babi lebih mirip dengan insulin manusia ketimbang insulin sapi. Perbedaan insulin babi dengan manusia hanya satu asam amino, sedangkan perbedaan insulin sapi dengan manusia tiga asam amino. (Namun jangan kuatir, insulin saat ini lebih banyak dibuat dari hasil rekayasa bioteknologi, bukan lagi berasal dari babi).

 Jadi, aku sampai saat ini belum bisa menjelaskan mengenai mengapa Allah mengharamkan babi, walau tetap meyakininya. Ada yang bilang bahwa nanti itu akan mempengaruhi sifat manusia sehingga nanti jadi akan mirip babi yang suka hidup di tempat kotor. Terus terang aku masih belum bisa menjelaskan hubungannya secara lebih pasti, karena jika kita suka makan ayam atau sapi, apakah nanti sifat kita juga akan mirip ayam atau sapi, tentu tidak demikian bukan? Mohon maap jika tulisan ini sedikit “kontroversial”, tetapi itulah keterbatasanku. Dan aku membuka lebar-lebar diskusi tentang ini jika ada yang bisa memberi pencerahan pada kita semua, sehingga akan menambah keimanan kita kepada ayat-ayat Allah.

Hakikat sakit

Akhirnya aku menutup kajian dengan sedikit memaparkan hakikat sakit, bahwa sakit bisa jadi merupakan peringatan atau ujian bagi manusia, untuk ingat kepada kesalahannya dan karenanya akan berusaha kembali sujud kepadaNya. Obat atau dokter hanyalah sekedar sarana, karena kesembuhan berasal dari Sang Pencipta jika Dia mengijinkannya. Untuk itu harus selalu mohon ampun dan keridhoanNya, agar selalu diberi kesehatan dan kesembuhan dari penyakit (jika ada).

Begitulah sedikit cerita kecilku yang ngalor ngidul tentang pengalamanku dua minggu ke belakang. Terus terang mengisi materi kajian di forum ini cukup bikin grogi karena menghadapi audiens yang sangat heterogen dalam tingkat maupun latar belakang pendidikannya, sehingga perlu pemilihan kata-kata yang pas agar bisa dimengerti oleh semua. Audiens yang cukup membludak memenuhi semua tempat di ruangan karena katanya yang mengisi pengajian adalah seorang profesor dari Jogja, membuat jadi tambah beban mental hehe….. takut tidak sesuai ekspektasinya. Alhamdulillah, everything was running well.

Hari Minggu siang aku meninggalkan Purwokerto menuju ke Yogya kembali. Purwokerto kota kelahiranku sudah banyak berubah, banyak bangunan-bangunan baru bermunculan. Tapi ada yang masih sama dan selalu kucari kalau pulang kampung, yaitu tempe mendoan dan dage….. hm… mau mencoba??