Rekomendasi baru tentang AA dan DHA dalam susu formula

17 01 2009

baby1Dear temans,

Menyambung postingku sebelumnya mengenai merotasi merk susu formula, kali ini aku mau coba uraikan dua macam zat terkenal yang sering ditambahkan pada susu formula, yaitu AA dan DHA, dan rekomendasi mengenai penggunaan dua zat tersebut. Kadang penasaran kan… apaan sih AA dan DHA itu?

AA

AA adalah singkatan dari asam arachidonat. Atau ada juga yang menyingkatnya sebagai ARA. Asam arachidonat adalah salah satu jenis asam lemak omega-6, yang banyak dijumpai pada membran sel, dan merupakan senyawa yang penting dalam komunikasi antar sel dan menjadi senyawa prekursor (penyusun) bagi senyawa-senyawa penting lainnya dalam tubuh. Senyawa induknya adalah asam linoleat (LA = linoleic acid). Asam linoleat ini merupakan asam lemak tidak jenuh yang tidak bisa disintesis oleh tubuh kita, disebut asam lemak esensial, dan karenanya perlu diberikan dari luar melalui makanan. Dalam formula susu, biasanya ditambahkan asam linoleat yang sering disebut juga omega 6.  Ada beberapa merk susu yang tidak menambahkan komponen AA, tetapi menambahkan asam linoleat atau omega 6 sebagai gantinya, yang diharapkan nantinya akan diubah menjadi AA di dalam tubuh. Menurut catatanku (tahun 2007) ada beberapa merk susu yg tidak mengandung AA, tetapi mengandung omega 6, misalnya Morinaga Chil-mil, Enfamil, Promil, Lactogen, Vitalac, S-26. Silakan nanti dicek lagi kalau pas pilih-pilih susu.

DHA

DHA adalah singkatan dari docosahexaenoic acid. Senyawa ini merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang golongan omega-3, yang banyak dijumpai di otak dan retina mata, sehingga sangat penting untuk fungsi penglihatan. DHA dibuat dari senyawa induknya yaitu asam linolenat atau ada yang menyebutnya sebagai ALA (alpha linolenic acid). Sebelum menjadi DHA, ALA akan diubah dulu menjadi eicosapentaenoic acid (EPA). Hampir semua merk susu formula yang kucatat menambahkan pula asam linolenat atau omega-3 ini dalam komposisinya, dalam berbagai variasi kadar. Perbandingan antara omega-3 : omega-6 rata-rata 1: 8-10. Sedangkan untuk DHA, sebagian besar merk susu menambahkan DHA disamping omega-3 itu sendiri. Ada dua merk yang tercatat tidak mengandung DHA, yaitu Enfamil, S26, dan Promil.

Rekomendasi baru

Selama bertahun-tahun, diyakini bahwa bayi dapat mensintesis sendiri AA dan DHA dengan cara mengubah senyawa penyusunnya yaitu asam linoleat (LA) dan linolenat (ALA). Namun belakangan dilaporkan bahwa kecepatan konversi LA menjadi AA dan ALA menjadi DHA ternyata tidak cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan AA dan DHA, terutama pada saat perkembangan otak bayi yang pesat.

Bayi yang menyusu ibunya, akan memperoleh AA dan DHA dari ASI. Jika dibandingkan antara bayi yang menyusu ASI dengan bayi yang minum susu formula yang tidak mengandung AA dan DHA, ternyata dijumpai bahwa dalam tubuh bayi yang minum susu formula tanpa AA/DHA, kadar AA dan DHA lebih sedikit daripada yang minum ASI, walaupun susu formulanya mengandung asam linoleat dan asam linolenat. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun bayi mungkin bisa mengubah LA dan ALA menjadi AA dan DHA, tetapi itu belum cukup memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan berkembangnya rekomendasi yang baru-baru ini direlease oleh World Association of Perinatal Medicine (J. Perinat. Med. 2008: 36), dan bisa dilihat pada  http://www.dhababy.com/community/factsheetlandingpage.php).

Rekomendasi ini menyatakan perlunya penambahan AA dan DHA pada susu formula untuk bayi kurang dari 1 tahun, dengan kadar 0,2-0,5% dari total asam lemak, untuk menjamin perkembangan mata dan otak yang optimum. Hal ini terutama ditujukan bagi bayi yang karena sesuatu hal tidak bisa mendapatkan ASI dari ibunya.

Selain itu, beberapa hal lain yang direkomendasikan antara lain adalah :

1. Susu formula untuk bayi harus disuplementasi dengan AA dengan jumlah sedikitnya sama dengan jumlah DHA

2. EPA, jenis lain asam lemak omega-3 yang banyak dijumpai pada ikan dan minyak ikan, harus dibatasi jumlahnya untuk tidak melebihi jumlah DHA

3. Asupan makanan yang mengandung AA dan DHA harus diberikan secara kontinyu pada bayi/anak sampai umur satu tahun, hanya saja para ahli belum punya cukup informasi untuk merekomendasikan jumlahnya secara pasti

4. Wanita hamil dan menyusui harus berusaha mengkonsumsi makanan yang mengandung DHA dengan kadar sedikitnya 200 mg/hari

Nah, demikian kira-kira informasi yang terkumpul tentang AA dan DHA yang bisa dibagikan dalam posting ini.

Masih banyak lagi beberapa zat-zat tambahan yang sering dimasukkan dalam komposisi susu formula, seperti spingomyelin, fosfolipid, gangliosida, asam sialat, dll, yang kadang bikin harga susu jadi tambah mahal hehe….. Seberapa pentingkah mereka ? Yang itu nanti akan kupostingkan kemudian…. Belum sempat disusun je….

Buat para ibu yang punya bayi, semoga bermanfaat…

Postingan ini bukan untuk mendukung penggunaan susu formula ber-AA/DHA lho,….  bagaimanapun ASI is the best..!!





Merotasi merk susu formula bayi…..

15 01 2009

susuDear temans,

Uff… sudah lama ngga ngeblog nih…, pekerjaan lagi bertubi-tubi dan butuh konsentrasi, sehingga mood atau inspirasi menulis juga sedikit ngadat… (apakah sudah ada yang menanti tulisanku ? hehe… ge-er). Untungnya aku tidak menggantungkan hidupku dari menulis ya hehe… kalau lagi gak ada ide dan inspirasi, bisa-bisa nggak makan ….. Mm… kali ini aku mau share pengalaman mengenai pemilihan susu formula untuk bayi. Kemaren aku sempet belanja ke supermarket dan cari susu untuk anak, jadilah terinspirasi untuk menulis tentang ini.

Kalau kita masuk ke supermarket bagian penjualan susu formula bayi, pasti sering ditawarin mbak-mbak SPG-nya begini,”.. biasanya adik pake susu apa, bu?”.. sudah pernah mencoba ini belum, bu? ini sudah mengandung AA dan DHA, lho…. yang sangat penting untuk perkembangan anak…” bla..bla…

Kalau aku ditanya begitu, biasanya aku bilang,” susunya ganti-ganti, Mbak….” Dan nyatanya memang begitu, aku tidak fanatik terhadap satu merk susu formula untuk bayi. Memilih susu formula yang baik untuk anak memang perlu pertimbangan yang baik pula. Hal ini berangkat dari sangat bervariasinya harga susu, dari yang sekitar Rp 25.000an/kaleng 400 g sampai yang Rb 75.000an/kaleng 400 g. Satu merk pun bisa punya dua versi, versi “standard” yang lebih murah, dan versi “A plus” atau “gold” atau “platinum” atau apalah… yang harganya bisa dua kali lipat. Dengan kondisi financial yang tidak berlebihan, tentu perlu mempertimbangkan mencari susu yang “cost-effective” hehe….. Maksudnya, perlukah kita beli susu yang harganya sampai Rp 75.000an/kaleng jika efeknya tidak berbeda signifikan dengan susu yang seharga Rp 40.000an/kaleng ? Nyatanya waktu aku bayi, tidak pernah minum produk susu-susu mahal, tapi ya masih bisa survive dan ngeblog seperti sekarang ini hehe…..

Sampai-sampai aku melakukan survai kecil-kecilan. Untungnya Dhika, anak kami, tidak masalah dengan rasa susu dan ia toleran terhadap semua merk susu, kecuali ada satu merk yang kayaknya dia nggak suka dan bikin mencret. Aku sudah mencobakan semua merk susu bayi, dan mencatat semua informasi tentang komposisinya, dan tentu juga harganya. Penasaran aja, apa sih yang menyebabkan satu merk itu mahal dan merk lain murah. Apa pula bedanya komposisi satu merk susu yang versi ”standard” dan yang versi ”gold” ?

Aku jumpai bahwa komposisi bahan yang ditambahkan pada berbagai merk susu memang bervariasi. Ada yang menambahkan asam sialat (Enfamil, Enfapro, susu Bendera), yang lain menambahkan omega 9 (Vitalac 1 dan Enfamil), ada yang menambahkan fosfolipid dan spingomielin (Morinaga Platinum), FOS (Bebelac, Vitalac, Nutrilon Royal), GOS, ARA, dll., yang masing-masing dengan kadar bervariasi. Ada kandungan yang dijumpai pada setiap merk susu, yaitu asam lemak omega 3 dan omega 6. Dan walaupun hampir semua merk susu sudah menambahkan omega 3 dan omega 6 yang merupakan penyusun AA dan DHA, tetapi ada pula yang masih menambahkan AA dan DHA.

Tulisan tentang peranan AA dan DHA serta komponen lain yang ditambahkan dalam susu formula akan aku postingkan kemudian. Kali ini aku cuma mau sharing pengalaman saja…. bahwa setelah melihat berbagai merk susu yang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan bervariasinya komponen penyusun, aku memutuskan merotasi merk susu untuk anakku agar ia mendapatkan berbagai komponen itu, yang mungkin tidak diperoleh jika hanya menggunakan satu merk susu saja…… Aku juga merotasi merk susu dari harganya hehe…… setelah merk yang murah, ganti yang mahal dan seterusnya…

Tapi ini tergantung keadaan juga sih, karena kadang ada bayi yang ”fanatik” terhadap rasa merk susu tertentu, sehingga ketika susunya diganti ia ”merasa” dan tidak mau minum. Jadi ya terserah saja, apa mau mencoba merotasi seperti ini apa tidak….. Terus terang, aku juga belum bisa menjamin apakah merotasi merk susu ini akan lebih baik daripada menggunakan satu merk susu saja terus menerus… karena aku tidak meneliti secara ilmiah tentang hal ini. Tapi paling tidak itu akan memenuhi kebutuhan logikaku, bahwa anak akan mendapatkan lebih banyak paparan zat yang mungkin diperlukan, dan supaya ia juga bisa menerima berbagai rasa….   Juga untuk menyiasati  isi kantong yang tidak selalu penuh…..

Any idea?