Science of love (2): romantic love = OCD?

18 04 2010

Dear kawan,

Ada yang sedang pedekate, atau baru jadian? Atau sudah in process for romantic relationship? Hm… pernah ngga thinking of her/him all day long..? Keingetan terus? Apa yang menyebabkannya? Tulisan ini mencoba mengupas dari sisi saintifik tentang “romantic love”, yang secara mengejutkan ternyata memiliki kemiripan dengan obsessive compulsive disorder (OCD), suatu jenis penyakit psikiatrik atau kejiwaan. Ini merupakan penjelasan lebih detail dari paparan yang pernah kutulis dulu tentang Science of love (bisa dilihat di sini). Setelah baca ini, silakan identifikasi sendiri, apakah perasaan cinta Anda masih normal dan sehat atau sudah mengarah pada penyakit jiwa… hehe.. serem ya?

Adalah normal-normal saja jika seseorang sedang in love itu saling memikirkan satu sama lain, ingin selalu bersama-sama, dan merasa nyaman jika berada berdekatan. Masalahnya adalah jika kemudian menjadi obsesif di mana seseorang memiliki dorongan untuk melakukan hal-hal yang tidak tepat dan absurd, wah…ini sudah jadi alarm tanda bahaya. Penelitian tentang cinta ini menghasilkan satu penemuan yang mengejutkan bahwa mereka yang sedang in love itu memiliki kemiripan dalam kondisi biokimia dengan penderita OCD, yakni bahwa mereka memiliki kadar serotonin yang rendah dalam darahnya. Serotonin adalah salah satu senyawa neurotransmiter di otak. Oke, sebelum lebih jauh, kita kenali dulu penyakit OCD ini….

Apa itu OCD?

OCD adalah penyakit yang menyebabkan seseorang memiliki keinginan (obsesi) dan dorongan untuk mengulang-ulang perilaku tertentu (kompulsi) berkali-kali. Kadang mereka mengetahui bahwa obsesi dan kompulsinya tidak masuk akal, tetapi mereka tidak bisa mengacuhkan atau menghentikannya. Tanpa melakukannya mereka akan merasa gelisah atau cemas. Sehingga penyakit ini digolongkan sebagai penyakit kecemasan (anxietas).

Apa itu obsesi?

Obsesi adalah suatu keinginan, bayangan dan ide yang berada dalam pikiran seseorang terus menerus. Seorang dengan OCD kadang tidak menginginkan utk memiliki pikiran2 seperti itu dan merasa terganggu, tetapi mereka tidak bisa mengontrolnya. Ada yang pikirannya datang sesekali saja dan tidak terlalu mengganggu, ada yang pikirannya datang setiap saat.

Apa itu kompulsi?

Kompulsi adalah semacam perilaku yang didorong oleh adanya keinginan itu, dan kadang perlu dilakukan berkali-kali, sehingga sering disebut sebagai “ritual”. Contohnya, seorang dengan obsesi takut terhadap kuman, maka ia akan berkali-kali mencuci tangannya dan ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan hal itu, sampai ia yakin tidak ada kuman lagi di tangannya. Tanpa itu ia akan merasa cemas dan gelisah.

Obsesi dan kompulsi apa yang paling sering dijumpai pada penyakit OCD?

Beberapa obsesi yang sering dijumpai adalah: takut kotor atau kuman, keinginan untuk berurutan dan simetris, jijik terhadap cairan dari dalam tubuh, kuatir jika suatu pekerjaan tidak terlaksana dengan baik, ketakutan akan setan, sering berpikir tentang suara, bayangan, kata atau angka sepanjang waktu, dll. Dengan obsesi ini maka akan timbul kompulsi-kompulsi, antara lain seperti : mencuci tangan berkali-kali, menyikat gigi atau mandi berkali-kali, mengecek laci, mengunci pintu berkali-kali untuk memastikan sudah terkunci, mengulang-ulang suatu perilaku misalnya menghitung, menyusun suatu barang dengan urutan tertentu, dll. Nah….. itu sekilas tentang OCD.

Lalu kembali ke kondisi “in love”…..hmm… ada persamaannya ngga ya? Seorang yang sedang “in love” juga selalu memiliki pikiran yang konstan tentang si dia, over and over in their head, walau kadang tahu persis bahwa itu sudah tidak logis lagi. Adanya bayangan tentang si dia (obsesi) menyebabkan dorongan (kompulsi) untuk bertemu, atau kontak, atau telpon, atau SMS, berkali-kali. Iya kan? Kita sebut itu dengan “K-A-N-G-E-N”… hehe…..

Menurut para ahli, initial love feelings atau romantic love ini biasanya bersifat sementara, yang nantinya akan bergeser pada bentuk cinta yang lain yang lebih sustained.  (Untuk cinta yang lebih permanen ini, misalnya sampai ke ikatan pernikahan, ada hormon-hormon lain yang berperan, antara lain oksitosin dan vasopresin). Artinya, jika kemudian seseorang bisa menguasai dan menstabilkan perasaannya sehingga tidak terdorong untuk melakukan tindakan merusak, maka itu masih normal. Tapi jika sudah mulai menjadi obsesif dan kompulsif sehingga melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain, barang kali itu sudah mulai jadi “penyakit”….. dan kita bisa mengkambing hitamkan si serotonin tadi….. hehe…

Kalau begitu, bisa diobati dong dengan obat-obat yang meningkatkan kadar serotonin? Iya, menurut Helen Fisher, si peneliti cinta, penggunaan obat-obat antidepresan yang bekerja meningkatkan serotonin memang bisa mengurangi perasaan “fall in love”…..

Obsessive Love Addiction

Hm…, jadi perasaan cinta itu bisa menjadi suatu gangguan kejiwaan jika terjadi berlebihan dan merusak. Salah satu jenis love yang tidak sehat dan tergolong pada penyakit OCD adalah Obsessive Love Addiction. Apa itu?  Mungkin kita awali dulu dengan mempertanyakan arti cinta. Cieee…. !

Kata literatur nih,…. Love is a tender feeling, which is a combination of adoration, attraction, mutual respect, intimacy, sharing of core values, caring and camaraderie, that you have for a special person in your life. Setiap orang ingin dicintai. Ada yang beruntung mencintai seseorang dan mendapatkan balasan cinta yang sama, tapi ada juga yang tidak beruntung dengan mencintai tetapi bertepuk sebelah tangan. Ada yang pernah menemukannya tetapi kemudian kehilangan. Dalam keadaan seperti ini, mungkin saja seorang yang tertolak atau kehilangan cintanya tidak pernah sembuh dari rasa depresi, kesedihan, dan kemarahan yang mengikutinya. Memang, saat cinta tidak mendapat tempatnya, hidup dapat menjadi terasa berat untuk sementara, tetapi semua itu alamiah. Pada saat ini seseorang akan diuji, apakah ia dapat menjalani atau tidak. Apakah bisa mengikhlaskan kehilangan cinta itu atau akan tetap mempertahankannya. Ada yang kemudian memiliki keinginan yang tidak rasional untuk tetap memilikinya dengan segala cara. Inilah yang disebut Obsessive Love Addiction. Ini lebih karena ego yang terlukai, bukan lagi masalah hati. Jika ego mengalahkan akal sehat, cinta berubah menjadi keinginan untuk menaklukkan dan memiliki seseorang, yang kadang diikuti dengan kekerasan yang merusak. Eh, kok serem siih….!

Nah, sekarang makin paham kan….. silakan cek sendiri jenis cinta mana yang Anda punya. Namun bagaimanapun, cinta adalah anugerahNya untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia. Tentu ada bedanya cintanya orang yang mengaku berTuhan dan yang tidak berTuhan. Yang mengaku berTuhan percaya bahwa Dia menetapkan aturan-aturanNya dalam hubungan antar manusia, pria dan wanita, agar kehidupan tidak menjadi kacau balau. Dia tentu tak ingin hambaNya menderita karena cinta. Jika cinta Anda sejalan dengan aturanNya, bersyukurlah dan jagalah. Jika cinta Anda hinggap di tempat yang salah dan itu tak sesuai jalanNya, lepaskanlah. Percayalah ada jalan terbaik yang lebih membahagiakan. Selamat jatuh cinta deh…. semoga happy-happy yaaa….